........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Kamis, 16 Agustus 2012

Beras tiruan berbahan Sagu temuan Mahasiawa IPB

 
MENYIMAK: Menteri BUMN Dahlan Iskan mendengarkan penjelasan Annisa terkait hasil temuannya berupa beras yang terbuat dari sagu.
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Annisa Kharunia, mendapat kado istimewa dari Menteri BUMN Dahlan Iskan. Mahasiswi semester VIII, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, itu diberikan hadiah keluar negeri bersama dua temannya sesama penemu beras tiruan dari sagu.

Laporan: AZAZYA SIELFRIED


HARI itu, Selasa (17/4) pukul 16:00, Annisa Kharunia yang akrab disapa Icha bergegas dari kontrakannya di Jalan Raya Cibanteng Raya, Puri Mawar No B1, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, menuju gedung Graha Widya Wisuda (GWW), IPB. Ya di tempat ini, Dahlan memberikan kuliah umum dengan tema Semangat Generasi Muda dalam Membangun Pertanian Indonesia pada pukul 19:00.

Mahasiswi yang pasih berbahasa Inggris itu mengenakan kaos lengan panjang hitam, dibalut kain batik dan dipadu celana jins biru. Saat tiba di GWW, Icha yang malam itu mengenakan kerudung krem, harus berdesak-desakan masuk ke dalam ruangan bersama ribuan mahasiswa.

Ketika Dahlan mulai memberikan kuliah umum yang disambut gemuruh tepuk tangan ribuan mahasiswa dan civitas akademika IPB, Icha mulai mempersiapkan diri bagaimana supaya dia bisa mencuri perhatian sang menteri.

Momen yang dia tunggu-tunggu pun tiba. Saat itu, Dahlan mempersilakan lima mahasiswa IPB untuk mengajukan pertanyaan setelah memberikan kuliah umum sekitar dua jam. Icha pun langsung mengacungkan tangan tinggi-tinggi. Namun, usaha itu nyaris sia-sia. Pasalnya, mahasiswa yang mengacungkan tangan cukup banyak, sehingga Dahlan sulit memilih lima di antara ratusan mahasiswa yang hendak bertanya. Beruntung, Dahlan yang tak pernah kehilangan akal, memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang paling cepat naik di atas panggung untuk bertanya.

Kesempatan itu tak disia-siakan Icha. Gadis yang mengenakan sepatu hak coklat bermerk EVB itu berlari naik ke atas panggung bersama 15 mahasiswa lain. Ya, meskipun Dahlan hanya meminta lima mahasiswa bertanya, tetapi 16 mahasiswa yang sudah terlanjur berada di atas panggung berlantai karpet merah enggan turun sebelum bertanya kepada mantan Dirut PLN itu.

Icha pun sangat gembira, karena usahanya mencuri perhatian Dahlan mulai terbuka lebar. Ketika mendapat giliran bertanya, gadis kelahiran Bandung, 15 November 1990 itu malah melaporkan hasil temuannya berupa beras yang terbuat dari sagu. Perempuan yang hobi memasak itu menjelaskan secara singkat proses pembuatan beras tiruan tersebut. Setelah itu, Icha menyerahkan contoh beras tiruan kepada Dahlan. Benar saja, Dahlan sangat gembira. Mantan bos Jawa Pos Gorup itu mangangkat bingkisan berisi beras tiruan sambil sedikit melompat untuk mengekspresikan kegembiraannya. “Pak Rektor, saya mohon ijin, mahasiswi ini bersama dua temannya saya kasih hadiah keluar negeri. Kalau dia siap, besok juga sudah bisa berangkat,” kata Dahlan disambut tepuk tangan meriah.

Icha pun terkejut mendengarkan pernyataan Dahlan. Ia sempat menahan nafasnya karena tak menyangka bakal mendapat hadiah istimewa dari sang menteri.

“Ga tahu mau keluar negeri mana, kalau boleh minta sih Icha mau nerusin kuliah ke Universitas Wangenighen di Belanda,” ujar mahasiswi yang menjabat sebagai wakil Direktur Bagian Komunikasi di International Assiciation of Student in Agricultural anda Related Science (IAAS) itu.

Buah hati dari pasangan Alex Taufik dan Diah Banyuni itu merasa mendapat durian runtuh. Ia sangat senang dan ingin sekali teriak saat itu agar semua orang mengetahui betapa senangnya mendapat hadiah dari Dahlan, tetapi situasinya tidak memungkinkan.

Ia yakin, jika mendapat kesempatan untuk dikuliahkan di luar negeri, kedua orangtuanya pasti mendukung dan mengizinkan. Mahasiswi yang memiliki tahi lalat di dekat bibir kirinya itu mengaku akan terus berjuang agar bisa menimba ilmu di luar negeri. “Kalau tak diizinkan, Icha tetap akan pergi karena Icha orangnya nekatan. Makanya saya sangat berharap hadiah itu bukan sekadar jalan-jalan, tetapi kuliah di luar negeri,” ucap pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan itu.

Anak pertama dari dua bersaudara itu, merasa bahwa hasil kerja kerasnya selama berbulanbulan dibantu dua temannya, Suba Santika dan Yulianti serta arahan dari dosen Slamet Budijanto membuahkan hasil di luar dugaan.

“Icha merasa mendapat apresiasi yang tak pernah Icha rasakan sebelumnya,” kata alumni SMAN 3 Bandung 2008 tersebut.

Melalui hasil kerja kerasnya dibantu rekan dan dosen, Icha berharap agar hasil peneilitian yang menjadi tugas akhirnya itu difasilitasi Dahlan. Ia berharap akan terbuka koneksi ke investorinvestor karena hasil penelitiannya itu dapat berguna sebagai alternatif beras.

Ketika pertama kali ia melakukan penelitian, tak jarang dosen pembimbingnya memarahinya, terutama ketika salah dalam mencampur bahan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menjadi semakin mengerti dan memahami bahan-bahan yang diperlukan.

Kadang-kadang ketika menemui kesulitan dalam penelitian, Icha sulit menemukan dosen pembimbing. “Kadang-kadang sedang rapat, kadang-kadang pergi ke luar kota,” ujarnya. Icha menceritakan, kadangkadang harus berlari ke sana sini untuk menemui sang dosen. Tak sedikit anak tangga yang ia pijaki untuk mendapatkan saran dan msukan. Meski demikian, ia tetap belajar dan terus melakukan pencobaan sampai ia bisa memahami setiap detail penelitian hingga sekarang.

Icha menjelaskan, beras analog hasil penelitiannya dapat dimainkan komposisi dari setiap butir beras. Beras ini menggunakan 100 persen bahan baku lokal, seperti jagung, sorgum, sagu, ubi jalar, kedelai dan kacang merah. Dengan teknologi ekstrusi menggunakan tween screw extruder dengan dye yang didesain khusus dapat mengatur kondisi proses dan formulanya.

Beras dapat didesain khusus dengan fungsional tertentu, misalnya beras analog untuk penderita diabetes, yakni dengan indeks glisemiks rendah memiliki komposisi karbo komplex yang tinggi serat tergantung dari jenis karbohidratnya. Sebagai contoh indeks glisemiks rendah penderita diabetes, maka campuran bahan digunakan 80 persen sedangkan 20 persen bahan lainnya. Icha menjelaskan, sorgum memiliki indeks glisemiks yang rendah sehingga baik untuk penderita diabetes.

Tak hanya itu, beras analog juga bisa disulap menjadi beras yang baik untuk ibu-ibu hamil. Komposisinya juga bisa ditambah vitamin-vitamin dan zat besi yang berguna bagi tubuh. “Kita bisa bermain komposisi dalam pengolahannya, tergantung kebutuhan,” kata mahasiswi yang tinggi badannya 154 itu.

Ia juga mengharapkan, negara membantu menyediakan alat untuk membuat beras analog itu. Icha mengatakan, alat yang digunakan untuk proses pembuatan beras itu sangat mahal. Untuk alat yang diproduksi Cina, harga alat lebih dari 500 juta, sedangkan dari Eropa mencapai puluhan miliar rupiah. (*)

Sumber : http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=93639

Tidak ada komentar:

Posting Komentar