Aplikasi Modifikasi Pati (MOCAF) dan Tepung Porang dalam Pembuatan Beras Tiruan
oleh Vega Rosalini
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Sumber : http://nittaaa.blogspot.com/2011/11/aplikasi-modifikasi-pati-mocaf-dan.html
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras
merupakan bahan pangan penting di Indonesia. Produktivitas padi
Indonesia saat ini mencapai 57,16 juta ton dan 4,71 ton per hektar.
Konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg/orang/tahun, sehingga
Indonesia merupakan konsumen beras terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Meskipun produksi beras saat ini cukup banyak, namun dikhawatirkan tidak
dapat memenuhi kebutuhan beras nasional, hal ini berkaitan dengan
adanya laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, berkurangnya lahan
produksi serta pola konsumsi masyarakat yang memiliki ketergantungan
terhadap beras. Oleh karena itu untuk mendukung ketahanan pangan perlu
dilakukan diversifikasi jenis makanan pokok.
Beras
tiruan merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan pokok yang
diolah dari bahan baku berbasis karbohidrat dengan penambahan zat-zat
tertentu untuk memperbaiaki kualitas makanan pokok. Dan salah satu bahan
baku yang dapat digunakan adalah Modified Cassava Flour (MOCAF).
MOCAF
merupakan produk tepung dari ubi kayu yang diproses menggunakan prinsip
memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi oleh Bakteri Asam Laktat
(BAL). Ubi kayu merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
memiliki banyak potensi karena produksi ubi kayu di Indonesia mencapai
21.990.381 ton per tahun dengan luas area panen sebesar 1.205.440
hektar. Penggunaan MOCAF dalam beras tiruan didasarkan pada ketersediaan
ubi kayu yang melimpah dengan harga yang cukup murah, namun selama ini
pemanfaatannya belum optimal hanya terbatas pada pembuatan kue atau
makanan ringan, sedangkan pada kenyataannya MOCAF memiliki kandungan
karbohidrat 80,05% yang setara dengan beras 78,9%.
II. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Beras Tiruan
Beras
tiruan merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan pokok yang
diolah dari bahan baku berbasis karbohidrat dengan penambahan zat-zat
tertentu untuk memperbaiki kualitas makanan pokok. Bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan beras tiruan dapat berasal dari bersa (nasi)
yang diperkaya dengan komponen nutrisi lain, seperti pembuatan nasi kaya
iodium, maupun yang berasal dari komoditas lain berbasis karbohidrat,
seperti beras tiruan dari ubi kayu dan sagu, nasi tiruan dari terigu dan
kedelai, beras tiruan dari ubi kayu, ubi jalar dan tepung porang.
Beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan beras tiruan adalah
memiliki sifat praktis, mudah diperoleh,enak(punel), warna dan aroma
menyerupai nasi. Selain itu produk beras tiruan tersebut juga harus
memiliki nilai gizi yang seimbang dengan beras. Perbandingan antara
amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur, pera atau lengketnya
nasi, dan cepat atau tidaknya nasi mengeras. Semakin tinggi kadar
amilosa dalam beras, semakin keras dan pera nasi yang dihasilkan,
sebaliknya semakin tinggi kadar amilopektin beras, semakin pulen dan
lengket nasi yang dihasilkan.
Proses
pembuatan beras tiruan meliputi tahap pencampuran komponen pati,
hidrokoloid dan bahan lain, pengulenan dengan menggunakan air hingga
mencapai 25-55%, pencetakkan dengan granulator untuk membentuk butiran
granula menyerupai beras, pengukusan pada suhu 70-105o selama 3-30 menit, serta pengeringan hingga didapatkan produk dengan kadar air kurang dari 20%.
2.1.2 Modified Cassava Flour (MOCAF)
MOCAF
merupakan produk tepung dari ubi kayu yang diproses menggunakan prinsip
memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi oleh BAL yang mendominasi
selama berlangsungnya fermentasi ubi kayu tersebut. Mikroba yang tumbuh
menghasilkan enzim pektinolitik dan selulolitik yang dapat menghancurkan
dinding sel ubi kayu sedemikian rupa, sehingga terjadi pembebasan
granula pati. Proses pembebasan granula pati ini akan menyebabkan
perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya
viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut.
Selanjutnya,
granula pati tersebut akan mengalami hidrolisis menghasilkan
monosakarida sebagai bahan baku penghasil asam-asam organic, terutama
asam laktat. Senyawa asam ini akan bercampur dengan tepung sehingga
ketika tepung tersebut diolah akan menghasilkan aroma dan cita rasa khas
yang menutupi aroma dan cita rasa ubi kayu yang cenderung tidak disukai
konsumen. Saat fermentasi berlangsung, juga terjadi penghilangan
komponen penimul warna dan penurunan kandungan protein yang dapat
menyebabkan warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna MOCAF
yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi
kayu biasa.
Prosees
fermentasi dapat mengurangi kandungan HCN dalam ubi kayu sampai
seperdelapan dari total HCN sebelum fermentasi. Secara teknis produksi
MOCAF sangat sederhana, mirip dengan pembuatan ubi kayu biasa tapi
disertai dengan fermentasi menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi
kayu. Langkah pertama proses pembuatan MOCAF yaitu ubi kayu dibuang
kulit dan lendirnya kemudian dicuci sampai bersih. Selanjutnya ukurannya
dikecilkan dengan ketebalan tertentu dan dilakukan fermentasi selama
12-72 jam. Ubi kayu terfermentasi selanjutnya dikeringkan dengan sinar
matahari atau dengan mesin pengering. Kemudian digiling dan diayak
dengan ukuran80-120 mesh.
Dalam proses produksi MOCAF ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar dihasilkan MOCAF dengan mutu baik :
· Bahan baku
Varietas
ubi kayu mempengaruhi karakteristik MOCAF yang dihasilkan dimana
berbeda varietas akan berbeda cara fermentasi dan aplikasinya, umur ubi
kayu seharusnya berumur sedang tidak terlalu tua karena serat banyak dan
tidak terlalu muda karena rendeman kurang, mutu baik tidak terdapat
bercak-bercak hitam, selama pengulitan hindari kontaminasi dengan
kotoran agar didapatkan hasil yang putih dan bersih.
· Fermentasi
harus berjalan sempurna, waktu menjadi sangat penting secara teknis
maupun ekonomis. Lama fermentasi tergantung dari produk yang dikehendaki
· Jika
menggunakan oven, suhu pengeringan tidak boleh terlalu tinggi agar pati
tidak mengalami gelatinisasi dan tidak terlalu rendah yang menyebabkan
tumbuhnya jamur selama pengeringan.
· Pengayakan semakin kecil semakin baik tapi jumlah sortiran juga akan semakin besar.
MOCAF
dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan dengan penggunaan yang
sangat luas , salah satunya pada produk bakery yaitu sebagai bahan baku
baik substitusi maupun seluruhnya seperti biskuit,cake dan roti tawar.
Kue berbahan baku MOCAF ini mempunyai ketahanan terhadap dehidrasi yang
tinggi,sehingga mampu disimpan dalam 3-4 hari tanpa perubahan tekstur
yang berarti. Untuk produk spongy cake, jumlah optimal yang digunakan
adalah 70%. Cake yang dihasilkan mempunyai daya kembang mencapai
55,66-7,30% tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan cake berbahan
baku terigu, tekstur produk cake yang dihasilkan lebih lembutdan bahan
tekstur tersebut tidak banyak berubah .
2.1.3 Tepung Porang
Tepung porang merupakan serat pangan larut yang dihasilkan oleh akar umbi berbagai spesies Amorphopallus dan
memiliki struktur dan fungsinya mirip dengan pectin. Tepung ini juga
digunakan sebagai pengental, pembentuk film, penstabil dan juga dapat
menggantikan semua produk yang menggunakan pectin, pectin modifikasi dan
gelatin.
Pembuatan
tepung porang diawali dengan memotong umbi konjac menjadi chip sehingga
mudah dikeringkan. Kemudian dihancurkan atau ditepungkan untuk kemudian
dipisahkan dengan air. Komponen tepung yang lebih berat (kantung
glukomanan) akan terpisah dari tepung kering yang sudah hancur.
Konsentrasi glukomanan akan meningkat menjadi 60-70%. Untuk lebih
meningkatkan kemurnian tepung konjac komersial, dilakukan pencucian
untuk mengurangi bahan-bahan yang tidak diinginkan. Kemudian dilakukan
pencucian dengan alcohol 50% untuk mencegah glukomanan terhidrasi selama
pencucian dengan air dan meningkatkan pemanasan. Tahap akhir adalah
pengayakan yang akan meningkatkan hidrasi pada air.
Pemurnian
tepung porang juga dapat dilakukan secara kimiawi yaitu dengan
menggunakan aluminium sulfat. Aluminium sulfat memiliki memiliki untuk
menggumpalkan kotoran lebih baik dibandingkan dengan dikalsium posfat
dan magnesium fosfat. Sebagian besar dari pengotor dapat dihilangkan
dengan pengendapan. Partikel-partikel yang berdiameter sangat kecil
memerlukan waktu lama untuk mengendap karena partikel ini harus lebuh
dulu menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar mudah mengendap.
Kotoran yang terkandung didalam air merupakan sol hidrofob, dapat
dikoagulasi dengan elektrolit. Sol muatan berlawanan akan menimbulkan
destabilasi partikel koloid. Lapisan difusi akan mengecil dan
memungkinkan bekerjanya gaya tarim menarik antara partikel koloid dengan
ion dari elektrolit yamg muatannya berlawanan. Diharapkan muatan ini
dapat dinetralkan sehingga terjadi penggumpalnan dan mengendap.
Kecepatan pengendapan bisa diperbesar dengan aluminium sulfat.
2.2 Proses Pembuatan Beras Tiruan
2.2.1 Pencampuran
Pencampuran
adalah unit operasi dimana diperoleh ukuran yang seragam dari satu atau
lebih komponen, dengan menyebarkan komponen satu kedalam komponen yang
lain. Pencampuran tidak berpengaruh langsung baik pada kualitas nutrisi
maupun pengawetan bahan pangan, tetapi memungkinkan komponen-komponen
dalam pencampuran untuk bereaksi bersama sehingga membantu meningkatkan
sifat sensoris dari bahan pangan.
Pencampuran
bertujuan untukmenghidrasi tepung dengan air secara mrata hingga
terbentuk adonan yang dikehendaki. Pada tahap ini perlu diperhatikan
tercapainya konsistensi pada adonan. Pengulenan bahan baku dengan
sedikit air ertujuan untuk menyediakan air dalam proses gelatinisasi
pati selama pemanasan atau pengukusan. Jumlah air yang ditambahkan
umumnya 28-38%.
2.2.2 Pengukusan
Pengukusan
merupakan tahapan proses yang mengakibatkan terjadinya gelatinisasi
pati. Bertujuan untuk agar pati tergelatinisasi sebagian membentuk
adonan yang viskos sehingga memudahkan ketika dicetak. Proses
gelatinisasi meliputi pemutusan ikatan hydrogen dan pengembanagn granula
pati. Secara mikroskopik perubahan granula pati saat pemanasan pada
suhu kamar berlangsung cepat dan meliputi tahap penyerapan air hingga
25-30% yang bersifat reversible. Pada tahap selanjutnya, yaitu pada suhu
sekitar 65oC, granula pati mulai mengembang dan menyerap air dalam
jumlah banyak dan ersifat irreversible. Tekanan dan suhu ruang
pengukusan dapat menyebabkan pemekaran dan pengembangan struktur rongga
yang baik pada produk. Hal ini menyebabkan cepatnya proses pengeringan
dan rehidrasi.
2.2.3 Pengeringan
Pengeringan
merupakan cara mengurangi sebagian air dari bahan pangan dengan cara
diuapkan dan dilakukan dengan energy panas dan biasanya kandungan air
tersebut diturunkan sampai batas mikroorganisme dan kegiatan enzimatis
tidak dapat menyebabkan kerusakan yang berarti.
Pada
pembuatan beras cepat tanak, beras yang mengalami pemasakan awal atau
gelatinisasi dikeringkan sedemikian rupa untuk membuat iji-biji beras
menjadi berpori dan dalam keadaan struktur terbuka. Hasil olahan
akhirnya berupa biji-biji kering yang terlepas satu sama lain, tanpa
menggerombol dan volumenya 1,5-3 kali volume beras mentahnya.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sifat-sifat Beras Tiruan
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sifat beras tiruan, diantaranya adalah :
1. Gelatinisasi pati
Gelatinisasi
adalah proses perubahan sifat fisik pati karena adanya air dan
pemberian energy, terkadang tekanan selama waktu tertentu. Pada
pembuatan beras instan, beras mengalami pemasakan awal atauu
gelatinisasi , kemudian dilakukan proses pengringan untuk menurunkan
kadar air biji-bijian keras. Proses keluarnya air dari dalam sel
menjadikan biji beras berpori dan dalam keadaan struktur yang terbuka
yang menyebabkan beras cepat berhidrasi.
2. Kandungan amilosa dan amilopektin
Pati
atau amilum terdiri dari 2 macam komponen yaitu amilosa dan
amilopektin. Didalam amilosa, molekul-molekul glukosa saling
bergandengan melalui glukopiranosa a1,4.
Molekul amilosa cenderung membentuk susunan pararel melalui ikatan
hydrogen. Amilosa bersifat hidrofilik, karena banyak mengandung gugus
hidroksil.
Pada
amilopektin sebagian dari molekul-molekul glukosa percabangannya saling
verikatan sangat sukar diputuskan, lebih-lebih jika dihidrolisis
memakai katalisator asam. Amilopektin bersifat tidak larut dalam air
sehingga proses retrogradasi akan berlangsung lambat dan pasta yang
terbentuk tidak akan membentuk gel tapi bersifat lengket,elastic.
3. Kandungan Glukomanan
Glukomanan
merupakan polisakarida hidrokoloid yang terdiri dari reside D-glukosa
dan D-mannosa yang diikat bersama-sama dalam ikatan b-1,4.
Glukomanan merupakan serat pangan larut yang dapat menyerap air.
Glukomanan dalam tepung memiliki daya ikat air tinggi . Sebagai
hidrokoloid, glukomanan dapat berinteraksi dengan sebagian besar pati
sehingga dapat mengoptimalkan formulasi berbasis pati.
Sumber : http://nittaaa.blogspot.com/2011/11/aplikasi-modifikasi-pati-mocaf-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar