........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Sabtu, 31 Oktober 2015

Night No Rice (NNR) for fivty up, Malam tanpa nasi untuk umur 50 tahun ke atas








Night No Rice for 50 up

Oleh Ir. H. Dian Kusumanto, M. Si.

Kalau gerakan One Day No Rice sudah lama dipopulerkan oleh Bapak Anton Apriyantono, sang Menteri Pertanian kala itu.  Maksudnya adalah untuk mulai mengurangi konsumsi nasi atau beras dalam seharian.

Gerakan ini mungkin saja bertujuan mencoba alternatif bahan pangan pokok non beras, bisa jadi jagung, singkong, ubi jalar, kentang, atau ubi-umbian lainnya.  Dengan seharian tidak makan nasi atau beras, dan mencoba alternatif yang lain, akan menjadi pengalaman baru pola konsumsi harian.

Kalau hal ini sering dilakukan maka tidak akan kaget suatu saat jika menghadapi situasi pola pangan tanpa nasi untuk mungkin lebih dari sehari.

Nah... yang kami perkenalkan ini agak berbeda, tetapi mempunyai niat yang sama dalam satu sisi.  Yaitu sama sama ingin mengurangi konsumsi nasi atau beras, tapi dilakukan setiap hari, yaitu khusus di malam hari.

Program ini memang sangat berkaitan dengan perbaikan pola makan menjadi pola makan yang dianjurkan terutama bagi yang sudah berusia diatas 50 tahun.  Tapi banyak juga kalangan yang menganjurkan sebaiknya menjadi habis atau kebiasaan orang dewasa usia di atas 45 tahun.

Mengapa di malam hari dianjurkan tidak mengkonsumsi nasi ?  Sebab dikhawatirkan tidak terserap dalam metabolisme tubuh secara tuntas, karena malam kita akan tidur dan mengurangi aktifitas metabolisme.
Pembakaran, respirasi, pembongkaran zat makanan dalam tubuh akan berkurang atau lambat.  Beda kalau siang hari dengan banyak aktifitas, tentu banyak pembakaran cadangan makanan di dalam tubuh.

Kebiasaan makan nasi atau karbohidrat yang banyak di malam hari ini sangat berbahaya bagi kesehatan.  Sebab akan terjadi penimbunan karbohidrat, lemak dan kandungan makanan tersisa lainnya yang berlebihan.

Kalau yang menjadi kebiasaan selama ini dengan pola makan nasi tiga kali sehari, pagi siang dan malam, maka dengan Night No Rice akan mengurangi sepertiga bagian alias 30-an % dari jatah konsumsi per kapita, khususnya yang segmen umur 50 tahun ke atas.   Kalau yang berumur 50 tahun ke atas , enerapkan pola Night No Rice ada sekitar 20 % jumlah penduduk negeri ini, berarti sudah 6 % (dari 30%x20%) kebutuhan konsumsi beras nasional.

Angka 6 % kelihatannya mungkin kecil, tapi jika dikalikan dengan konsumsi per kapita, misalnya 100 kg per kapita per tahun dikalikan lagi 250 juta penduduk, maka hasilnya adalah 15 juta x 100 kg = 1.500 juta kg = 1,5 juta ton beras.
Nah.... angka penghematannya ternyata sangat fantastik dengan  Night No Rice pola makan bukan nasi untuk Fivty Up diatas umur 50 tahun ternyata bisa menghemat 1,5 juta ton beras dalam setahunnya.  Atau dalam setiap bulan akan menghemat konsumsk beras sebesar 125 ribu ton beras.  Atau sekitar 40.000 ton beras setiap hari.

Lalu kira-kira ada berapa luas sawah yang harus menghasilkan beras sebanyak itu, yaitu 1,5 juta beras setahun.  Kalau sawah setiap hektarnya bisa menghasilkan 5 - 6 ton padi, jika dijadikan beras sekitar 3 ton beras per hektar.  Maka akan memerlukan luas panen sawah 0,5 juta hektar atau 500 ribu hektar dalam setiap tahunnya.  Jadi program NNR for 50 akan setara dengan 500 ribu hektar sawah setiap tahunnya.

Maka NNR for 50 sangat besar nilai kontribusinya dalam mengurangi konsumsi per kapita akan beras di Indonesia.  Manfaat yang lainnya pasti juga akan dirasakan oleh kaum 50 up, karena mereka menerapkan pola makan yang lebih sehat, maka derajat kesehatannya pasti ada perbaikan yang berarti.  Karena pola makan malam hari inilah yang selama ini dinilai paling mempengaruhi keragaman penyakit.  Banyak jenis penyakit yang disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, terutama pola makan malam.

Bagaimana menurut Anda ???

Tungku Binasa tungku masak hemat energi dan cocok untuk pedesaan



Buatan Dosen Malang Ini Diproduksi Massal di Norwegia!

51727
kompor malang
Sekali lagi karya anak bangsa tidak diakui dinegaranya sendiri. Sebuah kompor biomassa hasil penelitian Muhammad Nurhuda, seorang dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya diakui di pasar internasional, bahkan sekarang sudah pada tahap produksi massal di Norwegia.

“Selain dipasarkan dan diproduksi massal di Norwegia, pemasaran dan produksi biomassa yang ditangani pihak ketiga, yakni Primecookstove ini juga dipasarkan di sejumlah negara, seperti India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja dan negara-negara di belahan Afrika,”

Kalau dibandingkan dengan kompor tradisional yang menggunakan minyak tanah, jelas kompor biomassa ini jauh lebih hemat bahan bakar dan lebih ramah lingkungan. Karena tidak menimbulkan asal dan emisi gas buangnya jauh dibawah batas yang ditetapkan oleh WHO.

Bahan bakarnya sendiri adalah kayu cacahan yang juga sudah diproduksi massal hingga 20 ton perhari. Lalu bagaimana dengan masyarakat pedesaan yang daya belinya rendah? Bisa digunakan kayu pepohonan yang banyak ditemukan di pedesaan.

Selain kayu cacah, bisa juga digunakan juga pelet sawit atau butiran kayu. Bahkan pelet sawit dan butiran kayu ini bisa menghasilkan masakan yang lebih harum dan beraroma lho.

Mempunyai respon yang cukup luar biasa di pasar luar negeri, bagaimana dengan pasar dalam negeri?


kompor-biomassa-_151022090233-697
Kompor Biomassa via Republika

Ternyata di dalam negeri kompor ini sepi peminat dan bahkan kebanyakan enggan membelinya. Cukup ironis memang kalau melihat sudah beberapa kali ini hasil karya anak bangsa diminati oleh pasar luar negeri. Sebelum kompor biomassa ini ada mobil elektrik karya Ricky Elson yang diminati negara tetangga namun sepertinya Ricky Elson enggan untuk meneruskan pinangan negara tetangga ini. Sementara Profesor Khoirul Anwar memilih untuk mematenkan teknologi 4G nya di Jepang.

Semoga saja pemerintah bisa lebih jeli melihat hal hal seperti ini, dan mencegah karya anak bangsa dipatenkan di luar negeri. Dan semoga saja kompor biomassa ini tidak dipatenkan di luar negeri lagi, mengingat produksi massal di Norwegia sudah dilakukan.

Bagaimana menurut anda? Berikan komentarmu!