........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Minggu, 18 Oktober 2009

Design X-Banner untuk Pameran Pembangunan

Oleh : Dian Kusumanto

Beberapa Design di bawah ini adalah untuk X-Banner bahan Pameran Pembangunan Kabupaten Nunukan 2009.

1. Visi Misi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah Kabupaten Nunukan
2. Banner Teri Ambalat
3. Banner Tepung Mocal
4. Banner Aren
5. Banner Olahan Pangan Ubijalar
6. Banner Olahan Pangan Singkong
7. Banner Pembuatan Mie dari Singkong
8. Banner Pembuatan Eloi dari Lumbis
9. Banner Beras Krayan







(By Dian Kusumanto)

Minggu, 06 September 2009

MENJADI MILYARDER DENGAN 1 HEKTAR KEBUN AREN INTENSIF






MENJADI MILYARDER DENGAN 1 HEKTAR KEBUN AREN INTENSIF
 
Oleh : Dian Kusumanto

Menjadi milyarder? Apa mungkin? Apalagi dari kebun Aren yang selama ini nggak pernah menarik minat para investor? Apa mungkin ya? Dst…. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini pasti akan muncul setelah Anda membaca judul tulisan ini. Milyarder artinya orang yang punya uang dengan jumlah diatas Rp 1 Milyard. Bagaimana kalau Rp 500 juta, itu juga termasuk Milyarder, tapi masih separuhnya, alias setengah Milyarder. Namun yang saya maksud ini adalah yang pertama, yaitu diatas Rp 1 Milyard, itu yang berhak disebut sebagai Milyarder.

Apakah bisa? Lalu seberapa luas lahan kebun Aren untuk bisa mencapai penghasilan 1 Milyard? Apa Betul Cuma dengan memiliki 1 hektar kebun Aren? Bagaimana ini bisa terjadi? Pertanyaan tadi seperti memberondong kita karena rasa penasaran kita dengan judul di atas. Saya tidak bermaksud membawa Anda ‘berpanjang angan-angan’, tapi saya ingin mengajak Anda untuk membuat prospek dan potensi ini menjadi kenyataan. Bahwa kebun Aren akan dapat membawa kita kepada kejayaan, kemakmuran, mencapai kekayaan finansial, dengan mengelolanya sebagaimana mestinya.

Gambaran kemungkinannya adalah dengan perhitungan-perhitungan demikian :

1. Satu Hektar kebun Aren ditanam 200 pohon, dengan jarak tanam 5 x 10; atau 6 x 8 m2.

2. Dengan pemeliharaan yang bagus, setelah 6-7 tahun seluruh pohon bisa menghasilkan dengan prosentase sadap 80 % atau sebanyak 160 pohon setiap hari.

3. Dengan pemeliharaan yang sesuai ‘SOP kebunaren DK’ maka produktifitas nira akan mencapai 15 liter/hari/pohon.

4. Jadi produksi nira dari kebun Aren 1 hektar adalah 160 pohon x 15 liter/r/phn = 2.400 liter/hari/hektar

5. Nira 2.400 liter/hari ini akan diolah menjadi Gula Aren Organik (GAO), sebanyak 400 kg/hari.

6. Jika GAO ini harga jualnya Rp 10.000 /kg, maka akan diperoleh pendapatan dari 1 hektar kebun Aren : 400 kg/hari x Rp 10.000 /kg = Rp 4 juta /hari.

7. Pendapatan kotor Rp 4 juta /hari, atau Rp 120 juta /bulan; atau Rp 1,44 Milyard per tahun.

8. Rp 1,44 Milyard lebih dari Rp 1 Milyard, berarti yang memperolehnya disebut Milyarder.

Dari asumsi-asumsi di atas yang perlu dilihat adalah angka-angka itu tidaklah terlalu fantastik, atau sulit dicapai. Tidak, sama sekali tidak. Karena dalam kenyataannya banyak petani yang mencapai angka-angka diatas asumsi tadi, sebagai contoh :


1. Produksi nira ada kebun petani yang mencapai 40 liter per pohon seperti yang saya lihat di Mambunut Nunukan. Di Soppeng Sulawesi Selatan petani banyak petani yang bisa mencapai 20 liter/pohon/hari. Sedangkan di Sulawesi Utara banyak petani mengatakan bahwa mereka bisa memperoleh nira 20-25 liter/hari/pohon.

2. Harga Gula Aren biasa di pasaran lokal sebenarnya lebih dari Rp 10.000/kg, apalagi Gula Aren Organik (GAO) di pasaran yang lebih khusus dan harga ekspor. Untuk pasar luar negeri harga eksportir setidaknya di atas Rp 15.000 – 20.000 /kg.  

3. Jadi angka-angka untuk mencapai sebutan Milyarder itu sebenarnya tidaklah terlalu bombastis, atau mustahil untuk dicapai. Angka itu sangat mungkin dicapai kalau pengelolaan sesuai dengan ‘SOP kebunaren DK’ (Dian Kusumanto).

Lalu bagaimana ‘SOP kebunaren DK’ itu ? Ikuti tulisan yang akan datang ! Bravo Aren !! 

JAGUNG PUMA, SILANGAN JAGUNG PULUT DAN JAGUNG MANIS





JAGUNG PUMA, SILANGAN JAGUNG PULUT DAN JAGUNG MANIS

Cara mendapatkan varietas unggul baru melalui perkawinan silang antara jagung pulut (lokal) dengan jagung manis

Oleh :

SAHARUDDIN dan NIRWANA, S.Pt, (Penyuluh Pertanian Kab. Nunukan)

Pelaksanaan :

I. Persiapan Tanam

Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan pengganggu lainnya yang sebelumnya telah disemprot dengan herbisida dengan menggunakan sprayer. Selanjutnya pada lahan tersebut di buat petakan percobaan dengan ukuran 1×3 m.
Pembuatan lubang tanam dengan terlebih dahulu dicangkul dan diberi pupuk kandang. Setelah beberapa hari baru dibuat lubang tanam menggunakan tugal dengan kedalaman 2,5 cm – 5 cm dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm.

II. Penanaman

Pada saat penanaman dianjurkan menanam 2 biji per lubang tanam, untuk mengantisipasi jika ada salah satu bibit yang tidak tumbuh sehingga tidak perlu lagi dilakukan penyulaman.


Kiri : Jagung Pulut

Bawah : Jagung Manis




III. Pemeliharaan Tanaman

- Penyiangan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 15 hst, dengan cara mencangkul atau disemprot dengan menggunakan herbisida (Gromoxon). 
- Pembumbunan dilakukan 15 hari setelah tanam dengan membumbun tanah di sekitar tanaman untuk memperkuat berdirinya tanaman dan memperbaiki drainase.
- Pemupukan pertama pada umur 10 hari setelah tanam, Pemupukan kedua dilakukan interpal 7 - 10 hari. Begitu seterusnya sampai tanaman jagung keluar bunga. Jika sudah keluar buah diberikan pupuk buah agar bakal buahnya atau tongkolnya besar dan berisi padat.
- Pengendalian Hama dan Penyakit. Serangan hama disaat tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Biasanya hama yang menyerang yaitu pengerek batang, dapat diberantas dengan menggunakan Insektisida seperti : Sevin 85 S, Dharmabas 500 EC. Penyemprotann sebaiknya dilakukan pada sore hari.
 
IV. Penyerbukan / Perkawinan Silang 

Proses penyerbukan yaitu bila bunga jagung pulut mulai keluar maka segera dibuang, sedangkan bunga jagung manis tetap dibiarkan untuk proses penyerbukan. Untuk mengetahui bahwa jagung manis sudah siap dilakukan penyerbukan yaitu ditandai bila batang digoyang akan jatuh seperti tepung berwarna kuning. 



Gambar : Bunga betina Jagung Manis

V. Panen 

Panen dilaksanakan pada saat tanaman masak fisiologis dan saat tanaman telah masak kering yaitu biji agak keras dan kering dengan kelobot atau pembungkus biji sudah kering atau kuning. Panen jagung dapat dilakukan pada saat jagung belum tua akan tetapi telah berisi, jika akan dikonsumsi.

Karakteristik Jagung Varietas Baru yang Dihasilkan

Dari hasil perkawinan silang ini didapatkan satu varietas baru yaitu Jagung Pulut Manis (PUMA) dengan karakteristik sebagai berikut :
- Warna buah/biji kuning
- Rasa Pulut dan manis
- Dapat dikonsumsi buahnya saat muda dan tua
- Tahan terhadap hama dan penyakit
- Umurnya pendek 
- Tidak mudah rebah
- Tahan terhadap kekeringan



Nunukan, Juli 2008


Senin, 03 Agustus 2009

MEMPOSISIKAN BERAS KRAYAN MENJADI BERAS ORGANIK BERGENGSI TINGGI KE PASARAN DUNIA EKSPOR




MEMPOSISIKAN BERAS KRAYAN MENJADI BERAS ORGANIK BERGENGSI TINGGI KE PASARAN DUNIA EKSPOR

Oleh : Dian Kusumanto

Di tengah-tengah perkembangan jaman globalisasi ini dan kemunduran lingkungan hidup karena eksploitasi alam dan lingkungan, maka kualitas kehidupan manusia juga terancam. Keamanan mutu pangan manusia juga terancam. Produk-produk pangan seolah-olah sulit melepaskan diri dari cemaran bahan-bahan kimia, racun yang terekspose melalui cara-cara budidaya tanaman pangan yang eksploratif dan tidak ramah lingkungan.

Dunia pertanian seolah-olah sudah tergantung dengan bahan-bahan kimia untuk pupuk tanah, bahan kimia dan racun untuk membasmi rumput dan hama penyakit tanaman. Bahkan dunia petanian sekarang sudah mulai menggunakan benih-benih transgenik yang keamanan stabilitas genetisnya masih memungkinkan cemaran biologis terhadap lngkungan hidup manusia.

Beras adalah makanan pokok sebagian besar manusia di seluruh dunia. Pola makan berbasis beras yang bebas dari cemaran-cemaran kimia dan biologis menjadi kebutuhan besar dunia yang sehat. Mansia yang ingin selalu sehat dalam hidup di dunia yang alai dan lestari menjadi sulit diperoleh.

Krayan adalah suatu kawasan di Kabupaten Nunukan Kaltim yang karena posisi geografisnya sulit sehingga sampai sekarang elum ada akses jalan darat ataupun sungai. Satu-satunya jalan untuk masuk dan keluar Krayan adalah dengan Pesawat. Oleh karena ke’terisolasi’annya ini maka sejak dulu mereka tidak mengenal obat-oatan kimia, pupuk-pupuk kimia dalam sistem budidaya padi sawah mereka.

Keadaan yang alamiah dalam bertani ini sampai sekarang masih terus dipertahankan. Mereka bertani dengan menanam padi di sawah, beternak kerbau, babi, itik dan ayam serta memelihara anjing untuk pengamanan rumah mereka. Cara bertani dan beternak mereka sangat alami namun cara pengelolaannya cukup baik dan tersistem dalam suatu pola yang sudah menjadi sistem adat. Adat mereka sudah mengajari mereka melakukan kearifan lokal yang dipertahankan sampai sekarang.

Oleh karena itu produk beras Krayan dikenal sangat enak karena betul-betul organik, baunya harum dan sangat menyehatkan. Bagi para penderita , Beras Krayan ini bisa membantu mempercepat proses pemulihan. Apalagi bagi yang sehat, Beras Krayan apabila dikonsumsi terus menerus akan membantu tubuh semakin sehat wal ’afiat dan fit selalu.

Orang Krayan termasuk dalam suku bangsa Dayak Lundaye. Dimana fisik orang Krayan berbeda dengan fisik orang Dayak lainnya. Orang Krayan lebih besar dan lebih tinggi, kulitnya lebih putih bersih. Banyak tokoh-tokoh besar Kalimantan dilahirkan di Krayan. Barangkali hal ini karena salah satunya adalah terkait pola hidup dan pola makanan pokok mereka yang menggunakan beras dan sayur yang serba organik.

Beras Krayan menjadi konsumsi wajib harian para pejabat dan masyarakat Brunei Darussalam. Bahkan Sultan Brunei selalu memesan Beras Krayan untuk keluarga Kerajaan Brunei Darussalam. Jadi di Negeri kecil nan kaya ini Beras Krayan adalah termasuk beras istimewa yang didatangkan dari luar negerinya. Dan Beras Krayan memang layak terpilih menjadi Beras Utama menu keluarga Kerajaan Brunei Darussalam. Namun sayang sampai saat ini belum ada hubungan dagang langsung antara Brunei dengan Krayan / Nunukan dalam hal beras Krayan ini.

Perdagangan Beras Krayan selama ini sebagian besar hanya melalui Ba’ Kelalan Sabah Malaysia, dan hanya sedikit sekali yang keluar melalui Nunukan dan Tarakan. Perdagangan beras ke Ba’ Kelalan dari desa-desa di Krayan dulu hanya menggunakan gendongan orang dan alat transportasi berupa kerbau. Setelah motor roda dua banyak masuk, yaitu sekitar tahun 2000-an, ojek beras dengan motor mulai semakin ramai. Sekarang ini hampir semua perdagangan beras ke Ba’ kelalan menggunakan ojek sepeda motor.

Jumlah ojek sepeda motor sekarang ini lebh dari 100 motor. Setiap ojek motor biasanya mampu membawa antara 6 – 9 kaleng beras atau antara 90 -135 kg, katakanlah rata-rata 100-an kg. Seandainya dalam setahun masing-masing pengojek ini bekerja selama 200 hari dalam setahun (155 hari libur karena istirahat, sakit, motor rusak, jalan becek karena hujan, ada acara keluarga, pulang kampung, dll) maka beras Krayan yang dikeluarkan ke Ba’ Kelalan ada sekitar 2.000 ton per tahunnya. Angka 2.000 ton beras Krayan per tahun sebenarnya masih kurang dari seperempatnya dari kelebihan yang ada di masyarakat petani.

Kecamatan Krayan dengan rata-rata luas panen padinya sekitar 3.740 hektar per tahun mampu memproduksi padi sekitar 17.000 ton Kagah Kering Panen (GKP), atau setara dengan beras lebih dari 8.500 ton beras. Dengan jumlah penduduk hana 8.742 jiwa konsumsi beras hanya mencapai sekitar 1.000-an ton beras, sehingga kelebihan setelah dikurangi konsumsi per tahun masih sekitar 7.742 ton beras.

Jika penjualan Beras Krayan dinaikan jumlahnya menjadi 2 – 3 lipat dengan sekarang yang mencapai sekitar 2.000 ton, yaitu sekitar 4.000 6.000 ton, maka rasanya Krayan masih sanggup dan sangat memungkinkan. Katakanlah dengan 5.000 ton beras Krayan dalam setiap tahun kita jual ke luar, maka Krayan belum mengalami defisit.

Yang menjadi sangat penting bagi masyarakat Krayan adalah tingkatan harga beras Krayan yang masih rendah dan disamakan dengan beras-beras pada umumnya. Padahal Beras Krayan adalah beras yang murni organik dan sangat istimewa, serta rasanya dan khasiatnya sangat hebat. Semestinya Beras Krayan menjadi komoditi yang ekskluif karena kekhasannya .

Namun karena sulitnya akses dan sistem tata niaga yang tidak adil, maka harga beras Krayan disamaka dengan beras-beras lain yang biasa saja. Posisi tawar para petani beras yang sangat lemah tidak mampu mengatasi banyaknya ketergantungan ekonomi dengan para pedagang di Ba’ Kelalan, Sabah Malaysia. Di Ba’ Kelalan yang merupakan satu-satunya pintu keluar Beras Krayan ini, para pedagang menghargai ini sangat murah dan tidak sesuai dengan harga yang sebenarnya bila dijual di kota kota seperti Miri, Lawas, Bario dan Brunei Darussalam.

Di Ba’ Kelalan beras diterima pedagang dengan harga sekitar 7 – 10 RM per gantang. Beras kemudian sebagian besar di bawa ke kota Bario untuk masuk ke pedagang yang agak besar harga kemudian bisa naik menjadi antara 13 – 15 RM/kg. Di kota Miri dan Lawas harga Beras Kyaran bisa mencapai 20 RM pergantang. Apalagi di Brunei, harga beras sudah lebih naik lagi menjadi sekitar 13 – 15 RB (ringgit Brunei) atau sekitar 30-35 RM per gantang.  

Oleh karena itu untuk mensejahterakan para petani Beras Krayan, jalan yang harus ditempuh adalah mencarikan jalan agar beras ini dapat dijual dengan harga yang tinggi sesuai dengan keistimewaannya. Caranya adalah sebagai berikut :
1). Mengurangi ketergantungan dengan para pedagang di Ba’ Kelalan.
2). Mencarikan solusi akses keluar dari Krayan menuju pasar ekspor lansung ke Brunei atau negara lain dengan harga yang bagus.
3). Membangun citra komoditi Beras Krayan ini tetap menjadi Super Excelent dan Very Exclusive.
4). Mengatur pola produksi, pasca panen yang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam GAP (Good Agriculture Practise) sebagai komoditi organik.

Bagaimana menurut Anda???

Senin, 13 Juli 2009

MENGELOLA POTENSI KENGGULAN DAN KEMERDEKAAN MENUJU KESEJAHTERAAN

MENGELOLA POTENSI KENGGULAN DAN KEMERDEKAAN MENUJU KESEJAHTERAAN


Oleh : Dian Kusumanto


Angka 4 juta hektar memang sangat ’mengerikan’. Ada teman yang bilang, ”ngerii..nggaak..!!”. Pencetus angka 4 juta hektar Aren adalah Bapak Prabowo Subianto, pendiri Partai Gerindra, Ketua HKTI, Ketua para Pedagang Pasar Tradisional, seorang Purnawirawan militer dan seorang Calon Presiden. Pada tulisan yang lalu saya menyebut beliau sebagai ”Proklamator Revolusi Aren Indonesia”, ya... karena dari beliaulah angka 4 juta hektar itu.


Memang potensi lahan kita masih sangat luas, banyak lahan-lahan yang kritis, tidak produktif. Banyak hutan-hutan yang sudah gundul, yang sudah tidak memberikan kontribusi proporsional kepada negara dan masyarakat. Selama ini kita belum berdaya untuk bisa memanfaatkannya menjadi produktif dan memberi kontribusi terhadap masalahmasalah yang dihadapi bangsa dan masyarakat. Potensi itu masih terbiarkan, masih disia-siakan, belum disyukuri sebagaimana mestinya. Syukur atas anugerah Illahi akan kemerdekaan, akan potensi yang besar. Namun seolah-olah bangsa kita ini tidak merdeka mengatur sendiri potensi besarnya, bahkan untuk mengatasi masalah-masalah bangsa sendiri.


Ada teman yang bilang, kita baru diantar pada pintu gebang kemerdekaan, hanya di pintu gerbangnya, belum sampai kepada tempat yang penuh dengan kemerdekaan. Harusnya selama 64 tahun Indonesia merdeka, bangsa dan masyarakat kita juga sudah merdeka dan sangat maju. Tetapi itu belum terjadi. Ya.. sebabnya antara lain, kita masih terkotak-kotak, terutama dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada.


Visi nasional kita masih kabur, masih dipahami secara berbeda-beda, masih ditutupi oleh interesinteres pemikiran yang beragam, baik oleh sikap premordialisme, bisnis kelompok dan individual, keuntungan sesaan, sikap-sikap parsial kedaerahan, borok-borok mental korup pejabat, dll.


Di benak kita bangsa Indonesia dpenuhi oleh informasi-informasi yang kontra produktif, sehingga pemikiran dan konsep yang bagus pada awalnya kemudian memasuki tahap selanjutnya seolah-olah memasuki ’wilayah yang kacau’, sehingga kemudian konsep yang bagus tidak bisa berkembang dengan baik.


Ibaratnya seperti bibit unggul yang bagus, dia tumbuh subur dan sehat pada saat di persemaian yang terjaga dan terpelihara. Namun pada saat ditanam di lapangan atau di lahan, bibit tersebut mengalami stagnasi pertumbuhan, sangat tertatih-tatih perkembangannya. Kebun kita ternyata seperti belum disiapkan kondisinya untuk menumbuhkembangkan bibit yang sudah unggul dan baik tadi.


Saya tidak bermaksud kagum buta dengan Malaysia, sebab pada beberapa hal sebenarnya mereka memiliki kekurangan. Namun yang perlu kita lihat adalah sisi positifnya, yaitu bahwa konsep dan pemikiran itu bisa tumbuh dan berkembang dengan baik pada tataran implementasinya di kehidupan dan di lapangan. Kondisi sosial, ekonomi dan politiknya bisa ’dikendalikan’ dengan baik untuk memberikan wilayah yang cocok bagi tumbuh dan berkembangnya konsep-konsep pembangunan yang mensejahterakan, memandirikan negara bangsa dan masyarakatnya.


Industri kelapa sawit Malaysia termasuk lebih unggul dari Indonesia, meskipun mereka juga menggunakan tenaga-tenaga dari Indonesia. Tingkat pendapatan para petani kelapa sawitnya juga sangat baik. Bahkan program pengentasan kemiskinan untuk ’luar bandar’ alias pedesaan, dipercayakan melalui program sawit ini, sehingga angka kemiskinan di Malaysia sudah sangat turun, meskipun ’angka standard’ batas kemiskinannya lebih tinggi dari Indonesia.


Anak-anak Indonesia juga sangat berprestasi di tingkat internasional, juara-juara sains dan teknologi, juara-juara olimpiade fisika, kimia, matematika dunia seolah selalu menjadi lagganan bagi anak-anak Indonesia. Demikian juga bidang-bidang yang lain, anak-anak Indonesia sangat hebat. Namun bila anak-anak itu meneruskan studinya di Indonesia, potensi yang bagus tadi sulit berkembang. Namun bila anak-anak berprestasi hebat tadi melanjutkan studi di luar negeri yang bagus sistem pendidikannya mereka menjadi sangat hebat.


Pada dunia pertanian dan tanaman memang seringkali begitu, dan dapat dijadikan ilustrasi terhadap ’dunia’ lain pada kehidupan sosial budaya. Bibit yang unggul jika ditanam di tanah-tanah yang tidak kondusif, yang tidak subur dengan cekaman iklim mikro dan makro yang tidak menguntungkan, maka bibit unggul tadi tidak akan tumbuh dengan baik. Seandainya dia terus tumbuh, akan mengalami stress, bisa jadi lantas dikeluarkan bunga dan buah yang tidak semestinya. Tanaman demikian tidak akan menghasilkan produksi yang baik, namun hanya sekedar dapat melanjutkan regenerasinya untuk keturunannya kelak, meskipun dengan mutu keturunan yang kurang baik.


Tanah yang tidak kondusif biasanya bersifat asam, karena memang sedang bermasalah aerasinya, mikrobanya menjadi sangat homogen, reaksi-reaksinya dominan anaerob, pembakaran yang sempurna tidak terjadi karena Oksigennya kurang terakses. Bisa jadi airnya terlalu jenuh, atau struktur tanahnya yang terlalu liat, tidak porous alias porositasnya sangat rendah.


Maka yang akan terjadi adalah dominansinya mikroba-mikroba anaerob yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak bereaksi sempurna dengan Oksigen. Maka yang dominan adalah senyawa-senyawa dengan gugus negatif yang bereaksi masam. Tanah menjadi jenuh dengan racun yang akan merusak atau melumpuhkan ujung-ujung serabut akar tanaman yang sangat peka. Unsur-unsur hara tidak lagi tersedia dengan bebas, namun terjerap atau dikungkung dengan koloid-koloid organik atau koloid-koloid mineral lainya yang tidak sanggup ditarik oleh ujung akar tanaman. Dengan demikian lingkungan kimia tanah tidak memungkinkan bibit tanaman tadi menampilkan potensi keunggulanya.


Demikian juga dengan lingkungan biologisnya, dalam kondisi cekaman tanah yang demikian, kehidupan mikrobiologis di tanah tidak terjadi secara seimbang. Awalnya mungkin ada, namun kemudia karena kondisi tidak kondosif, aerasi kurang, Oksigen tidak mencukupi, struktur tanah tidak proporsional, maka makhluk-makhluk renik tidak bisa berkembang secara hetergen, namun hanya jenis-jenis mkroba tertentu lah yang dapat bertahan.


Lingkungan fisik yang mencekam seperti suhu udara ekstrim, tiupan angin dan udara yang ekstrim, air yang tersedia berlebih atau tidak ada air sama sekali, membuat bibit tidak dapat mengembangkan potensi keunggulannya.


Lalu bagaimanakah caranya akar tanaman atau bibit yang unggul tadi dapat mengembangkan potensinya? Maka kita harus mengembalikan lagi fungsi tanah sehingga secara fisik, kimia, biologis tanah menjadi sangat kondisif bagi pertumbuhan bibit tanaman. Ada beberapa yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :


Pertama.

Kalau lahan kita tergenang air cukup lama, maka kita harus membuat saluan-saluran drainage yang cukup Dengan drainage yang cukup maka tanah tidak jenuh dengan air dan diatur kondisi kelembaban tanahnya yang cukup. Udara yang membawa O2, N2, dan lain-lain akan dapat memasuki pori-pori tanah dengan lebih dalam.


Mikroba-mikroba yang ada dan idup di dalam tanah akan tercukupi udara dengan proporsional, maka mikroba-mikroba yang hidup lebih banyak dan beragam jenisnya. Mikroba dapat hidup berasal dari bahan-bahan organik sebagai makanannya, dengan kondisi yang optimal aerasi dan iklim mikronya suhu, kelembaban tanah, kandungan air) maka mikroba akan bekerja secara optimal. Hasil kerja mikroba adalah berupa senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana, CO2 dan H2O. Dalam bekerja, mikroba tadi memerlukan O2 dan kondisi lainnya yang optimal.


Dalam kehidupan nyata lingkungan sosial, ekonomi, ideologi, politik, budaya, dll. Manusia yang tidak kondusif barangkali disebabkan oleh air kehidupan atau rejeki yang tidak merata, maka perlulah diciptakan drainage-drainage kesetiakawanan sosial yang mengalirkan sebagian rejeki, rasa aman, rasa adil kepada wilayah-wilayah yang kurang tercukupi oleh rasa makmur, rasa aman dan rasa adil tadi.


Saluran-saluran drainage yang cukup akan membuat kehidupan masyarakat hidup dengan amat beragam. Semua orang dapat bekerja karena memiliki modal sosial, modal rasa keamanan, modal rasa keadilan yang cukup yang berasal dari area-area yang berlebih melalui saluran-saluran dainage kesetiakawanan sosial, kesetiakawanan budaya, kesetiakawanan berketuhanan, dll.


Seluruh pori-pori kehidupan bermasyarakat mendapatkan udara yang cukup dengan ’bunga-bunga’ Oksigen kehidupan. Dalam kondisi bekerja yang cukup, baik para pekerja akan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hasil kerja itu laksana enzim yang berguna bagi proses hidup selanjutnya, hasil kerja itu laksana CO2 dan H2O yang berfungsi bagi makhluk yang lebih besar (bibit unggul tanaman) tadi untuk proses fotosintesisnya kelak.


Seandainya sebagian mikroba sudah sangat homogen, maka diperlukan injeksi sumber-sumber mikroba baru yang heterogen yang berasal dari Sapi (atau sumber kehidupan lain yang aktif) yang hidup di daerah setempat. Supaya tanah akan kaya lagi dengan jenis-jenis kehidupan mikro sebagaimana kondisi idealnya pada masa awal-awal sebelum masa atau suasana yang mencekam itu terjadi.


Penulis pernah mengenalkan Sistem Injeksi Mikroba dan Oksigen (SIMO) untuk pola pemupukan tanaman Aren. Tidak lain adalah agar tanah dapat kondosif bagi kehidupan akar tanaman sampai pada batas kedalaman tertentu. Dengan demikian akar akan sangat berkembang lebih dalam lagi dan lebih banyak tersebar. Pada gilirannya unsur hara, air, dll. yang diangkut akan akan menjadi lebih banyak dan mampu menopang kebutuhan bagi tumbuh dan berkembangnya bibit unggul tadi. Dengan demikian bibit unggul tadi dapat mengeluarkan, membuktikan diri, menunjukkan potensi keunggulannya yang hebat dengan produktifitas yang maksimal.


Kedua.

Namun seringkali kondisi alam saling mempengarhi satu sama lain. Cuaca di atas tanah mempengaruhi keadaan di dalam tanah, mempengaruhi pula sistem interaksi antar komponen-kompnen di dalamnya. Keadaan curah hujan, keadaan suhu dara, berhembusnya angin, pancaran sinar matahari yangberasal dari lingkungan di atas tanah berpengaruh kepada lingkungan di dalam tanah. Dtruktur tanah porositas tanah, kandungan organik tanah, kandungan mineral tanah, keanekaragaman mikroba tanah, sifat-sifat kimia tanah, dll. Juga satu sama lain saling berinteraksi baik dengan sesamanya maupun dengan komponen iklim di atas tanah.


Demikian juga dalam kehidupan ekologi manusia yang sangat dipengaruhi oleh situasi global dunia, situasi politik nasional sampai daerah, kondisi sosial budaya ekonomi keuangan ideologi dan keamanan serta hukum. Ibarat lingkungan di atas tanah, mereka juga saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Komponen-komponen lingkungan makro tadi juga santat mempegaruhi sistem di dalam kehidupan manusia sehari-hari, apakah kondosif atau repressif alias tercekam.


Memang keadaan-keadaan ekstrim bisa merangsang munculnya interaksi-interaksi lain yang membuat tantangan baru yang lebih memacu keadaan tertentu Keadaan situasional ini kadang memicu potensi lain di luar kebiasaan, yang kadang bisa menguntungkan untuk jangka waktu tertentu. Namun bisa jadi keadaan ekstrim juga akan mematikan atau melemahkan potensi yang ada, yang membuat pertumbuhan dan perkembangan menjadi stagnan alias mandeg. Pada situasi ini, bisa bertahan hidup dalam siklus yang biasa-biasa saja sudah patut untuk disyukuri.


Bagaimana menurut Anda??

Dari Kebun Aren Menuju Dunia

PAK OCOP : Merancang Persiapan Bibit Aren Skala Besar di Kaltim

From kebunaren to the world


Oleh : Dian Kusumanto


Adalah Bapak Ir. HM Yadi Sofyan Noor, sang Ketua KTNA Provinsi Kalimantan Timur, yang juga sebagai Wakil Ketua HKTI Provinsi Kalimantan Timur, memang seorang tokoh pertanian yang sangat ulet. Pada Bulan Mei yang lalu Pak Ocop, begitu biasa kami memanggil, memesan kepada saya benih kecambah Aren dan bibit Aren yang siap tanam dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagai seorang teman saya berusaha dapat melayani sebaik-baiknya, seperti juga yang saya lakukan kepada para pemesan bibit Aren lainnya.


Pada awal Bulan Juli ini, akhirnya kami bisa bertemu lagi secara langsung di Samarinda. Pada bulan April yang lalu kami juga sudah saling ketemu di Jakarta, pada saat ada acara Rapim KTNA. Mulai saat itulah kami terus berinteraksi khususnya tentang rencana pengembangan Aren di Kalimantan Timur. Beliau memang padat acaranya, sebagai seorang tokoh di Kalimanta Timur, Pak Ocop juga sebagai pengurus teras di DPP KTNA Pusat. Dari beberapa pemikirannya Pak Ocop juga sangat antusias untuk mengambil peran dalam program pengembangan Aren di masa yang akan datang.


Pernah ditanya oleh beberapa teman, kenapa kok mau menanam Aren? Pak Ocop cuma memberi gambaran yang ringan saja, yaitu bahwa sekarang ini lidi Aren, ijuk Aren sangat diminai dunia untuk aneka kerajinan, sapu, bahan industri dan aneka keperluan lainnya. Itu dari produk sampingannya saja, belum lagi yang utamanya yaitu nira yang setiap hari bisa disadap, bisa diolah menjadi Gula, Bioethanol, Bahan Obat-obatan, Bahan Industri Kecantikan, Aneka Minuman dan Makanan, dll.


Pak Ocop juga sangat yakin, sebab tanpa diperlakukan secara istimewa, bahkan petani membiarkan saja dan hanya mengambil hasilnya, kontribusi pohon Aren kepada petaninya sudah lumayan tinggi, apalagi kalau pohon Aren itu diperlakukan istimewa. Kelapa Sawit contohnya, karena dipiara dengan baik, dengan perkebunan yang baik dia juga dapat menjadi andalan keluarga. Apalagi Aren yang potensinya lebih hebat dari pada Kelapa Sawit. Tinggal bagaimana kita bisa memperlakukannya secara baik dan istimewa, agar Aren juga memberikan hasil yang istimewa. Karena itulah beliau bertekad agar Kalimantan Timur tidak ketinggalan untuk mengembangkan Aren, bahkan kalau bisa menjadi yang terdepan dalam pengelolaan kebun Aren yang modern.


Ada peluang yang sangat besar bahwa Kaltim menjadi pusatnya program pengembangan Aren, meskipun Kaltim selama ini tidak termasuk sentra tanaman Aren, namun Kaltim memiliki lahan yang sangat luas untuk terciptanya perkebunan Aren yang modern. Perkebunan Aren modern inilah yang akan dijadikan icon suatu daerah menjadi sangat diperhitungkan sebagai pusatnya program pengembangan Aren se Indonesia, bahkan dunia. From kebun Aren to the world. Mungkin begitu mottonya.


Pak Ocop memiliki langkah-langkah yan nyata dalam setiap usahanya. Pernah saya tawarkan untuk mengadakan sosialisasi tentang Aren di Kaltim, Pak Ocop memlih jangan dulu. ”Jangan dulu Mas Dian, itu nanti saja”. Kita tanam dulu di kebun kita sendiri dan menyiapkan pembibitan yang banyak. Sebab kalau nanti diseminarkan orang pada tertarik kemudian meminta bibit, kita nanti akan kebingungan. Sebaiknya kita mantabkan dulu riset-riset kita dan kita bangun dulu sistem pembibitan Aren yang mengacu pada GAP (Good Agriculture Practices) dengan skala yang cukup besar.


Ada peluang yang sangat besar bahwa Kaltim berpeluang dapat menjadi pusatnya program pengebangan Aren di Indonesia. Meskipun selama ini Kaltim tidak termasuk sentra tanaman Aren, namun Kaltim memiliki potensi lahan yang sangat luas untuk terciptanya perkebunan Aren yang modern. Perkebunan Aren Modern inilah yang akan dijadikan icon atau tolok ukur, apakah suatu daerah menjadi sangat diperhitungkan sebagai pusatnya program pengembangan Aren di Indonesia bahkan se dunia.


Pak Ocop memiliki langkah-langkah yang nyata dalam setiap usahanya. Pernah saya tawarkan untukmengadakan sosialisasi tentang Aren di Kaltim dengan cara mengadakan seminar-seminar, namun Pak Ocop memilih jangan dulu. Menurut Pak Ocop sebaiknya kita sebagai pemrakarsa ini mempeloporinya dengan menanamnya lebih dulu dan menyiapkan pembibitan yang banyak. Sebab kalau nanti seminar, orang kemudian banyak yang tertarik untuk mengembangkannya, kemudian meminta bibit, akan repot kalau bibitnya belum siap. Akan lebih baik menurutnya kalau kita mantabkan dulu riset-riset dan membangun sistem pembibitan Aren yang baik dengan skala yang cukup besar.


Penulis sangat menghargai pendapat Pak Ocop ini, karena memang beliau seorang yang dikenal ulet dan seorang pengusaha yang berhasil di Kaltim. Kebun buah-buahan Pak Ocop yang saya tahu saja ada sekitar 50 hektar, selain itu Pak Ocop punya kebun hortikultura yang terkelola dengan baik dengan jenis komoditi seperti lombok, tomat, semangka, melon dan lain-lain. Pak Ocop juga seorang produsen bibit kelapa sawit siap tanam yang cukup besar di Provinsi Kaltim. Mutu bibitnya sudah terkenal cukup baik diantara produsen bibit yang ada. Pengalaman di bidang perbibitan tanaman memang sudah lama ditekuninya, dulu beliau juga melayani berbagai bibit tanaman penghijauan atau reboisasi hampir di seluruh Kaltim.


Sebagai tokohnya Provinsi Kalimantan Timur, Pak Ocop juga sangat dekat dengan tokoh Kaltim lainnya, termasuk dengan Bapak Gubernur H. Awang Faroek Ishak (Gubernur AFI). Untuk program Aren di Kaltim, Pak cop adalah andalan saya untuk mengenalkan Aren kepada Bapak Gubernur AFI. Terus terang, obsesi saya adalah mewujudkan agar Provinsi Kalimanatan Timur menjadi iconnya Aren Nasional. Oleh karena itu sebagai langkah awalnya adalah melalui pendirian Pusat Pembibitan Aren yang profesional dengan skala nasional, dan kemudian pembangunan perkebunan Aren yang modern, baru icon Aren nasional ini dapat diakui.


Sebenarnya ada beberapa daerah yang sudah sangat eksis sebagai sentra produksi Aren Nasional, tapi mereka belum memiliki 2 hal di atas, maka dalam perspektif ini mereka belum layak menjadi icon nasionalnya Aren. Sulawesi Utara misalnya, meskipun memiliki populasi Aren yang sangat luas, serta ada juga Pusat Penelitian tentang Aren yaitu BALITKA Manado, namun dari sisi pengelolaan kebun masih biasa saja, pembibitan juga belm menasional, pabrik pengolahannya ada tapi belum benar-benar hebat.


Program Nasional tentang Aren, selama ini belum ada. Dirjen Perkebunan Deptan belum memiliki Road Mapyang jelas tentang program Aren Nasional. Yang ada baru statement-statement beberapa ahli dan tokoh-tokoh nasional yag belum disertai dengan langkah-langkah yang kongkrit dan nyata. Meskipun demikian sebenarnya juga sudah ada pendirian pabrik pengolahan Aren seperti di Tomohon Sulut yang diresmikan oleh Bapak Presiden SBY.


Langkah-langkah yang ada belum sistematis, namun masih sporadis yang disesuaiakn dengan perkembangan yang ada. Namun industri Aren kalau tidak ditunjang dengan perkebunan yang modern, menjadi tidak ekonomis dan efisien. Pabri Gula Aren Tomohon bisa menjadi contoh kongkrit akan perlunya secara sinergis antara pengembagan kebun yang modern terintegrasi dengan unit pengolahannya.


Populasi Aren yang terpencar-pencar, tersebar di daerah-daerah yang relatif saling berjauhan, sementara akses pemanenan, pengangkutan nira ke pabrik yang cukup jauh dan sulit, manajemen bahan baku, kelembagaan petani, dan seterusnya belum siap untuk mendukung industrialisasi Aren. Bisa dikatakan bahwa Pabrik Gula Aren Tomohon (PT Masarang) ini sedang macet, atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.


Rupanya karakteristik Nira Aren yang akan mengalami fermentasi dalam waktu cepat ini belum sepenuhnya dapat diatasi. Yang sangat sulit sebenarnya penanganan pada tingkat petani tadi. Karena keterbatasan sarana, jarak antar pohon yang relatif saling berjauhan, membuat petani tidak bisa menjaga mutu nira yang dikehendaki pabrik. Akhirnya pabrik harus merancang alat yang tahan terhadap bahan baku dengan kadar asam yang cukup tinggi karena nira sudah mengalami fermentasi.


Memang semestinya Pabrik Pengolahan Nira Aren sudah dirancang untuk beberapa keungkinan tersebut sehingga Pabrik itu mempunya unit-unit lengkap sebagai berikut :

1. Pos-pos pengolahan dan pengumpulan nira dengan pre treatmennt.

2. Tangki-tangki penyimpanan nira sesuai dengan grade-grade (tingkatan) tertentu dari kualitas dan kadar keasamannya.

3. Alat-alat pengangkutan nira yang dilengkapi dengan sistem pemanas.

4. Pabrik pengolahan nira, juga memiliki unit-unit pengolah untuk beberapa jenis/ grade bahan baku :

a. Unit Gula Aren Cetak

b. Unit Gula Aren Semut

c. Unit Gula Aren Putih

d. Unit Gula Aren Cair (Syrup)

e. Unit Syrup Aren Asam (Saguer)

f. Unit Bioethanol

g. Dll.


Jadi seolah-olah langkah itu menjadi mundur sedikit, sebabnya yang utama adalah belum terbangunnya sistem perkebunan yang terintegrasi dengan pabrik pengolahannya. Oleh karena itulah, ini peluang bagi daerah yang ingin menjadi iconnya Aren Nasional agar dapat menyiapkan pola pengembangan Aren yang terintegrasi.


Paling tidak ada 3 (tiga) hal awal yang harus disiapkan, yaitu :

  1. Membuat Pusat Pembibitan Aren yang kredible.
  2. Menciptakan kelembagaan para pelaku usaha bisnis Aren dari awal-awal pengembangan.
  3. Membangun perkebunan Aren modern yang terintegrasi dengan pembangunan pabrik pengolahannya.


Untuk pendapat ini Pak Ocop sangat setuju dan akan melakukan persiapan-persiapan yang nyata demi berkembangnya Agribisnis Aren untuk kesejahteraan, khususnya bagi Provinsi Kalimantan Timur dan umumnya untuk skala Nasional Indonesia Raya tercinta. Amin.

Rabu, 17 Juni 2009

MENCARI SOLUSI ALTERNATIF PAKAN TERNAK DI KRAYAN






MENCARI SOLUSI ALTERNATIF PAKAN TERNAK DI KRAYAN
 
Oleh : Dian Kusumanto


Ada kenyataan yang tidak terduga sebelumnya, yaitu bahwa beras juga banyak dikonsumsi untuk pakan ternak, bahkan cendrung lebih banyak dibandingkan untuk pangan manusia. Jenis ternak yang diberikan pakan berupa nasi, beras ataupun padi (gabah) yaitu babi, ayam, dan itik.

Dari 2 responden yang diwawancarai telah hampir mewakili keadaan masyarakat di Kecamatan Krayan yang menunjukan fenomena ini. Dari seorang responden (keluarga Charles dengan 4 orang anggota) menunjukan bahwa produksi beras dari lahan sawah keluarganya ada 2.040 Kg beras/ tahun, digunakan untuk konsumsi keluarga sebesar + 365 Kg/tahun sedangkan untuk pakan ternak 2 (dua) ekor babinya juga hampir sama yaitu + 365 Kg/ tahun.

Dari keluarga saudara Hengki dengan anggota keluarga (6 dewasa dan 3 anak-anak). Dalam setahun membutuhkan konsumsi beras mencapai 730 Kg/tahun, sedangkan untuk ternaknya 3 ekor babi, ayam 8 ekor dan itik 5 ekor memerlukan beras sekitar 1642 Kg/ tahun. Padi untuk pangan dan pakan diperlukan beras sekitar 2.372 Kg/ sedangkan produksinya dalam setahun hanya sekitar 2 ton beras.  Jadi diakui kalau keluarga Hengki sering membeli beras dari tetangganya. 

Keadaan ini berlaku hampir di seluruh masyarakat Krayan, yaitu rata-rata memiliki ternak baik babi, ayam, atau itik bahkan kerbau.  Jadi fenomena bahwa konsumsi beras oleh ternak jauh melebihi yang dikonsumsi manusianya, memang terjadi

Angka produksi itu sendiri biasanya masih dikurangai 10% untuk kepentingan ”perpuluhan” yang dikumpulkan untuk gereja. Penyetoran 10% dari hasil produksi ini dilakukan setelah hasil panen sudah bisa dihitung.  Artinya hasil produksi padi atau beras yang disimpan adalah sekitar 90 %, kemudian harus dicadangkan bagi keperluan konsumsi angota keluarga dan sekaligus untuk pakan ternak mereka.  Kalau ada sisanya baru bisa untuk dijual atau dibarter dengan kebutuhan lainnya sehari-hari, atau untuk keperluan anak sekolah, kegiatan sosial dan lain-lain.

Ada yang mengatakan bahwa hampir separuh dari lumbung itu dicadangkan untuk pakan ternak.  Boleh jadi bisa dikatakan bahwa berternak di Krayan ini biayanya sangat besar dan mahal. Kalau dihitung-hitung dengan harga berasnya untuk pakan yang dikonsumsi dibandingkan dengan harga jual ternak masih rugi.

Contoh seperti babi dengan ukuran 10 jengkal baru dapat dijual antara Rp 4-5 juta/ ekor, sedangkan untuk memelihara selama 2 tahun tersebut perlu beras sekitar 600-750 Kg atau kalau harga beras Rp 10.000/ 15 Kg biayanya setara beras + Rp 4/5 juta belum biaya yang lain seperti mencari keladi, dedak dan lain-lain. Selama ini beras memang melimpah di Krayan namun hanya sebagian kecil yang bisa dijual ke luar daerah.

Oleh karena itu perlu studi yang lebih luas yang memastikan secara kwantitatif tentang fenomena dominansi beras untuk pakan ternak.  Bisa jadi ini menjadi penghambat/ kendala bagi pengembangan usaha peternakan di Krayan.

Fenomena ini menjadi kendala manakala ada rencana program pengembangan ternak seperti babi, itik, ayam, dll.  Budaya kebiasaan memberikan pakan dengan bahan pakan selain nasi,  padi,  atau beras perlu dikembangkan.  Artinya kalau masukkan program pengembangan ternak harus sekaligus satu paket dengan pengadaan bahan pakaan alternatifnya.  Perlu diberikan modal-modal percontohan uji terap yang langsung bisa dilihat, dipraktekan oleh petani dan peternak.

Pola pengembangan alternatif usaha ternak disodorkan juga dengan program pakan dari non pangan pokok (beras/ padi). Seberapa sumber bahan pakan alternatif yang bisa dikembangkan antara lain talas, ubi kayu,  azolla,  dll.

1) Ubi kayu atau singkong
 Singkong mudah ditanam dan tersedia aneka jenis disesuaikan dengan kesukaan ternak. Singkong mentah dapat diberikan kepada ayam, itik, babi bahkan kerbau dengan cara dicincang atau dipotong kecil-kecil lebih dahulu.
 Daun atau kulit singkong dari limbah industri singkong bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak kerbau, sapi atau babi.
 Seandainya sudah ada permasalahan pengolahan singkong maka alternatif pakan ternak adalah berasal dari limbah berupa kulit ubi dan daun serta pucuk tanaman singkong yang dipanen.

2) Azolla
 Azolla sangat cocok di Krayan yang berhawa dingin dengan internsitas cahaya yang agak kurang.  Perkembangan azolla sangat cepat dan tumbuh subur dipersawahan yang selalu berair. Azolla termasuk HMT yang mengandung protein yang cukup tinggi melebihi kandungan protein yang terdapat dalam jagung dan kedelai.
 Azolla menjadi sumber pakan yang cukup bermutu tinggi karena kandungan proteinnya yang tinggi.  Azolla dapat dijadikan pakan ternak seperti itik, ayam, babi, sapi, dan kerbau serta pakan untuk ikan di kolam atau di sawah.
 Sawah yang ditumbuhi azolla kalau ada ikan maka biasanya ikannya menjadi lebih besar dan gemuk-gemuk.
 Babi yang diberi pakan dengan campuran azolla lebih cepat perkembangannya, sehingga lebih cepat dapat dijual. 
 Demikian juga bila azolla dibagikan kepada itik atau ayam dengan cara dicampurkan pada pakan yang lain seperti dedak atau ubi kayu atau tepung gabah.
 Kerbau dan sapi juga memungkinkan untuk dapat dikandangkan dengan menyediakan pakan HMT dari azolla, azolla bisa disiapkan secara khusus untuk pakan sapi atau kerbau yang dikandangkan.
 Karena pertumbuhannya sangat cepat, azolla yang ditanam pada sawah atau kolam dengan luas 1 ha dapat di hasilkan azolla segar sekitar + 320 ton/ tahun/ ha, atau sekitar 880 Kg/ hari/ ha, atau hampir 1 ton/ hari/ ha. Jika satu ekor ternak kerbau memerlukan kurang lebih + 40 Kg HMT/ hari/ ekor, maka akan bisa dikandangkan sekitar 20-25 ekor kerbau dengan luas lahan azolla 1 ha.
 Kalau ada kerbau 100 ekor maka lahan budidaya azolla yang diperlukan adalah 4-5 hektar. Angka ini masih bersifat sementara karena menggunakan asumsi hasil dari penelitian di daerah Malang, Jatim.  Sedangkan di Krayan pertumbuhan Azolla ternyata lebih cepat, mungkin disebabkan bahan organik lahannya yang masih sangat tinggi dan iklimnya yang sangat cocok.

Di Krayan Induk Azolla sudah cukup berkembang dengan baik, namun masyarakat belum paham nilai dan kegunaannya.  Sawah-sawah di Krayan biasanya agak jauh dari pemukiman penduduk yang sekaligus tempat beternaknya.  Sehingga letak pengembangan ternak dan letak sumber pakan (Azolla) seharusnya bisa di dekatkan. Letak yang jauh antara sumber pakan & ternaknya menjadi sebab program alternatif akan ini terhambat.

Jarak yang cukup jauh dari rumah pemukiman ke sawah, jalan yang belum bagus, sarana transportasi yang agak sulit menyebabkan program lambat bisa diserap atau diterapkan dalam skala luas.  Seharusnya ada skema atau arah program untuk mendekatkan lahan Azolla yaitu lahan sawah dengan tempat usaha peternakan.  Atau bagaimana jika usaha peternakan itu dikembangkan di dekat kesawahan dengan sistem kandang.

Bisa jadi program kandangisasi kerbau ini akan menjadi pemicu berkembangnya usaha pertanian yang lain.  Hal ini karena selama ini kerbau selalu menjadi hama besar yang merusak tanaman–tanaman yang baru ditanam.  Petani menjadi malas menanami lahan atau kebunnya karena sering diganggu oleh kerbau.  Kalau kerbau dikandangkan berarti juga pupuk kandang bisa dikumpulkan dan dihasilkan,  sehingga menjamin meningkatnya produksi serta pendapatan usaha tani.  Kandang kerbau menjadi pabrik pupuk organik yang siap melayani kebutuhan pupuk lahan usaha tani sawah maupun kebun.   Usaha tani menjadi lebih bergairah karena hama kerbau bisa dikendalikan dan pupuk relatif sudah tersedia.

Dengan tersedianya alternatif pakan ternak yang cukup diluar padi/ beras/ nasi, maka ternak tidak menjadi ancaman pangan lagi.   Bahkan dari ternak dapat menghasilkan pupuk dan daging, telur dan lain–lain yang merupakan pendapatan tambahan untuk mencukupi tuntutan kehidupan yang semakin banyak ditengah perubahan kehidupan yang lebih maju.

Dengan demikian surplus beras yang selama ini terjadi bisa dijual menjadi devisa dan pendapatan lebih banyak lagi.   Apabila kalau diekspor ke negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei dengan jumlah yang lebih banyak, maka devisa yang masuk juga semangkin banyak.  

Dengan demikian mencari alternatif pakan untuk usaha peternakan berarti juga akan menambah keamanan pangan.  Dengan upaya memperbaiki cara beternak akan mengurangi gangguan hama kerbau sekaligus menyediakan pupuk, yang kemudian dapat meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan pendapatan dan devisa bagi masyarakat dan negara. Masyarakat menjadi lebih sejahtera.  Amin.

MEMANFAATKAN SOA UNTUK BERAS KRAYAN

MEMANFAATKAN SOA UNTUK BERAS KRAYAN

Oleh : Dian Kusumanto

Menurut data Dinas Pertanian beras Krayan dan Krayan Selatan tersedia melebihi kebutuhan konsumsi masyarakat. Rata-rata kelebihannya sekitar 19.000 ton GKP atau sekitar 11.400 ton beras per tahun. Selama ini kelebihan ini belum dapat dijual semuanya ke luar daerah. Penjualan beras krayan sebagian besar adalah ke Bakalalan di Sabah Malaysia. Penjualan ke dalam negeri berjumlah sangat kecil yaitu ke Tarakan dan Nunukan, karena terkendala biaya ongkos angkut yang mahal dan sulit.

Transportasi ke Nunukan dan Tarakan hanya dapat menggunakan pesawat sedangkan pesawat masih sangat terbatas frekuensinya dan kapasitas angkutnya. Untuk angkutan barang dari Nunukan ke Long Awan dan Long Layu selama ini masih menggunakan fasilitas bantuan pemerintah melalui program SOA (subsidi ongkos angkut). Namun sayang SOA selama ini belum dimanfaatkan oleh para masyarakat untuk membawa beras keluar dari Krayan dan Krayan Selatan.

 SOA adalah program pemerintah yang dikelola bagian ekonomi Setkab untuk mensubsidi ongkos angkut barang dan penumpang. Kalau penumpang sudah dimanfaatkan dengan baik, baik pulang maupun kembalinya. Sedangkan untuk SOA barang baru dimanfaatkan untuk barang masuk ke Krayan dan belum dimanfaatkan untuk barang yang keluar dari Krayan. Oleh karena itu, ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk membantu kelancaran pemasaran beras Krayan ke luar daerah.

Untuk memanfaatkan SOA barang keluar diperlukan kesiapan dari para pelaku usaha di Krayan. Barang yang paling tersedia di Krayan dan yang perlu untuk dicarikan akses penjualannya adalah beras. Beras Krayan memiliki keunggulan dan sudah sangat terkenal yaitu selain aman karena merupakan produk yang organik, juga karena rasanya yang enak dan sangat khas tidak ditemui dari beras-beras lainnya. Namun sayang, beras Krayan sulit didapatkan, tidak tersedia di toko-toko di Nunukan. Pada saat diperlukan sulit mencarinya, salah satu caranya maka harus memesannya kepada kenalan yang ada di Krayan. Itu pun masih sulit karena belum tentu dapat diangkut oleh pesawat.  

Maka dengan memanfaatkan jatah ongkos angkut barang oleh pesawat yang kosong dengan beras hasil produksi dari Krayan akan ada jaminan akses angkutan sehingga beras akan tersedia di Nunukan. Dengan fasilitas lebih dari SOA ini maka biaya ongkos angkut beras bisa lebih murah dari tarif umum yang biasanya sebesar + Rp 10.000/Kg.

Pada tahun 2009 ini SOA dikerjasamakan dengan Perusahaan Penerbangan Susi Air menggunakan Pesawat dengan kapasitas angkut sekitar 1 ton. Frekuensi penerbangannya adalah sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu. Dengan demikian maka, kapisitas angkut barang keluar yang bisa dimanfaatkan :
• Long Bawan–Nunukan : 2 trip/minggu dengan kapasitas + 2 ton/Kg.
• Long Layu-Nunukan : 2 trip/minggu dengan kapasitas + 2 ton/Kg.
Sehingga peluang beras yang dapat diangkut per minggu + 4 ton, atau sekitar 16 ton/bulan.

Sekarang tergantung dari kinerja penguasaha yang memanfaatkan fasilitas ini. Pengusaha yang memanfaatkan fasilitas ini seharusnya bsa mempersiapkan diri dengan beberapa syarat dan kegiatan pendukungnya. Syarat dan kegiatan-kegiatan itu meliputi :
a) Penampungan/ pembeliannya beras di Long Bawan dan Long Layu
b) Gudang penampungan beras di Long Bawan dan Long Layu
c) Gudang dan tempat pemanasan/ pengawasan di Nunukan
d) Modal usaha
e) Kemasan yang menarik
f) Jaringan pemasaran beras di Nunukan dan diluar Daerah
g) Skema kerja sama dengan bagian ekonomi dan pengusaha penerbangan susi air.

Untuk tahap awal sebaiknya dilaksanakan dengan kapasitas kecil yang menurut pertimbangan bisa terealisasi. Dari 2 lokasi di Krayan dan Krayan Selatan mungkin diawali darai Long Bawan dulu dengan kapasitas 1 ton/ minggu atau 0,5 ton/ trip dengan frekuensi 2 kali/ minggu.

Jika kapasitasnya 1 ton beras/ minggu berarti pembelian beras sekitar 70 kaleng per minggu. Harga Beras di Long Bawan sekarang ini sekitar Rp.100.000 s/d 120.000 per kaleng. Jadi kalau 70 kaleng berarti perlu disediakan anggaran pembelian beras sebesar Rp 7 - 8,4 juta per minggu.

Pengusaha juga perlu menyediakan anggaran lainnya, meliputi :
a) Biaya tenaga kerja pengumpulan
b) Biaya angkutan lokal dari gudang ke bandara
c) Biaya kemasan di Krayan dan kemasan di Nunukan
d) Biaya gudang di Long Bawan dan di Nunukan
e) Biaya tenaga dari bandara ke gudang di Nunukan
f) Biaya angkut pesawat dari gudang ke Nunukan
g) Biaya komersial/ pemasaran
h) Biaya administrasi
i) Biaya lain-lain

RENCANA PEMASARAN
Pasar beras Krayan ini bisa diarahkan ke beberapa tujuan
a) Konsumen para pegawai lewat kantor-kantor yang ada di Nunukan
b) Toko-toko/ mini marker di Nunukan dan Tarakan, dll
c) Outlet di bandara Nunukan dan Tarakan, dll
d) Supermarket di luar Daerah Surabaya, Balikpapan, Samarinda, dsb
e) Dan lain-lain


SKEMA ALUR TATA NIAGA BERAS KRAYAN


Perhitungan dan asumsi-asumsi harga per kg
 Kisaran Perkiraan
• Harga beras di Long Bawan Rp 6.700 - Rp 8.000 Rp 7.000
• Biaya tenaga angkut dan Rp 500 - Rp 1.000 Rp 600
Gudang di Long Bawan
• Ongkos pesawat Rp 2.000 - Rp 5.000 Rp 3.000
• Biaya tenaga angkut, gudang
Ada di Nunukan Rp 500 - Rp 1.000 Rp 600
• Biaya kemasan dan pemasaran Rp 500 - Rp 1.000 Rp 800
  Rp 11.200 - Rp 16.000 Rp 12.000

Seandainya perkiraan dan asumsi unit cost ini tepat maka unit cost beras Krayan sampai di Nunukan dengan kemasan yang ready to selling dengan harga Rp 12.000/ Kg, maka harga jual ditentukan sebagai berikut :


Alternatif harga 
Margin 
Unit Cost 
Harga konsumen

a) Rp.14.000/Kg 
Rp.2.000/kg 
16,6 % 
14,3 %

b) Rp. 15.000/Kg 
Rp.3.000/kg 
25,0 % 
20 %

c) Rp. 16.000/Kg 
Rp.4.000/kg 
33,3 % 
25 %



Dari tiga alternatif diatas bisa dipilih alternatif ke 2 dengan biaya konsumen Rp.15.000/Kg atau laba Rp 3.000/Kg dengan margin 25% dari unit cost atau 20% dari harga konsumen.

Dengan asumsi diatas kapasitas 1 ton/ minggu atau 4 ton/ bulan maka dapat dikutip sbb :
a) Modal yang diperlukan 4ton/ bulan x 12000/Kg = Rp.48 juta/ Bulan
b) Margin/ keuntungan yang diperoleh : 4ton/ bulan x 3000 = Rp.12 juta/ Bulan
c) Jika program bisa dimulai bulan Juli s/d Desember
 - 6 bulan 24 minggu efektif + 20 minggu
 - Maximal : 20 x 2 ton/ minggu 40 ton
 - Optimal 20 x 1 ton/ Minggu 20 ton

RENCANA KEMASAN

- Back ground : View persawahan di Krayan
- Tulisan  
 - Icon : Beras Organik Super Excelence
 - Merk : HOB (Heart Of Borneo)
 - Produsen : Gapoktan Pa’ Tereng, Liang Butan Krayan Nunukan Kaltim
 - Sponsor : Dibawah binaan BKP3D, Bagian Ekonomi setkab Nunukan
  Kerja sama dengan KTNA, HKTI Kec Krayan.
- Kemasan :
 - Jenis bungkus : Plastik transparan (PP) tebal
 - Ukuran : 1 Kg, 2 Kg, 5 Kg

- Perijinan :
 - Depkes
 - BBPOM
 - Barcode Numbre
 - Sertifikat Halal

Selasa, 16 Juni 2009

SISTEM KANDANG “NGEBROK” UNTUK TERNAK KERBAU DI KRAYAN

SISTEM KANDANG “NGEBROK” UNTUK TERNAK KERBAU DI KRAYAN

Oleh : Dian Kusumanto
 

 Populasi ternak Kerbau di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan cukup besar, paling besar untuk kawasan Kabupaten Nunukan. Menurut data terakhir ada seitar 5.000 ekor di seluruh Krayan dan Krayan Selatan. Pada umumya masyarakat beternak Kerbau masih berpola ternak lepas, tidak dikandangkan. Bisa dikatakan pola semi ranch dengan pemagaran areal penggembalaan, namun dilakukan dengan cara tradisional.

 Kerbau sering menjadi pengganggu usaha tani lainnya. Kerbau sering merusak padi di sawah, tanaman buah-buahan, sayur, palawija yang baru ditanam, dll. Bisa dikatakan Kerbau menjadi ‘hama besar’ yang mempengaruhi sikap dan semangat para petani untuk berusaha tani lainnya. Mereka sungguh tidak berdaya karena sistem adat masih belum mengadopsi pola-pola kandangisasi. Bila ada permasalahan masyarakat mengenai kerbau yang merusak tanaman, yang sering disalahkan adalah yang memiliki tanaman, kenapa tidak dipagari. Bukan menyalahkan yang mempunyai Kerbau kenapa tidak dikandangkan. Sistem ini menjadi kontra produktif dengan upaya pengembangan usaha tani lainnya.

 Maka perlu dicarikan alternatif model usaha ternak kerbau yang menguntungkan sekaligus tidak merugikan sistem usaha tani lainnya. Bahkan kalau bisa bersinergi dan dapat menghasilkan nilai tambah yang lebih banyak. Maka pola sinergi usaha ternak kerbau dan usaha tani lainnya harus bisa berpadu dan saling menguntungkan. Dengan demikian Kerbau bukan lagi menjadi hama besar, tetapi malah menjadi pendukung besar dalam usaha tani lainnya.  

Dari usaha tani berternak Kerbau harusnya bisa menjadi penghasil pupuk organik hebat yang berguna bagi usaha tani lainnya. Hal ini karena pupuk masih sangat langka dan sangat mahal di Krayan. Biaya transportasi yang sangat mahal menjadikan pupuk dari luar daerah tidak ekonomis lagi bagi usaha tani. Di samping itu ada semacam konvensi atau tekad untuk menjadikan Krayan dan Krayan Selatan menjadi kawasan ”Heart of Borneo” (HoB) yang bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya. Sebaliknya menjadikan kawasan HoB ini betul-betul merupakan kawasan Organik (Organic Teretorial).

Kandang Ngebrok adalah istilah dalam bahasa Jawa, karena masih sulit menemukan padanan yang pas dengan Bahasa Indonesia. Ngebrok artinya terus tinggal di situ, mulai dari makan, buang kotoran, tidur dalam waktu yang cukup lama. Kandang Ngebrok adalah kandang yang dihuni oleh ternak yang tidak dipindah-pindah dalam waktu yang relatif lama, sehingga ternak kencing, buang kotoran dan makan dikandang tersebut. Ternak akhirnya seperti berkubang dengan kotorannya sendiri yang semakin lama semakin banyak, namun pada saatnya kandang diambil kotorannya dan dibersihkan.

Sistem kandang ngebrok ini sudah diterapkan oleh Peternakan Sapi Perah di Lembah Hijau Multifarm (LHM) Research Centre Jogjakarta. Sistem ngebrok ini diterapkan bagi pembesaran ternak sebelum menghasilkan atau dipungut susunya. Jadi mulai bibit sapi anakan sapih sampai menjelang dewasa Sapi Perah bibit dipelihara di dalam Kandang Ngebrok, setelah menjelang akan meghasilkan susu baru dipindahkan pada kandang biasa yang dijaga kebersihannya setiap hari.

 Kandang dibuat secara permanen dengan lantai semen berdinding semen setinggi 1 meteran. Atap dari asbes dengan teras dari kayu dan pagar pembatas dari besi pipa.
 Sistem ini pernah juga dilakukan untuk pengembangan sapi di Kediri. Sapi yang di kembangkan adalah sapi Limosin, Brahmana, dll. setiap kandang berisi sekitar 10 ekor dengan ukuran kandang 6 x 6 meter atau 8 x 8 meter. Kandang dibuat berbahan tanah berdinding bambu anyaman beratap daun kelapa atau alang-alang dengan tiang dari bambu.

Sistem Kandang Ngebrok ini sangat cocok bila diterapkan untuk ternak Kerbau di Krayan dan Krayan Selatan dengan beberapa syarat dan alasan sebagai berikut :

1. Sumber pakan harus tersedia secara cukup dan kontinyu. Sumber pakan dihasilkan di areal lahan yang memang khusus untuk penanaman sumber pakan HMT atau Azolla.
2. Sumber pakan harus tersedia pada jarak relatif dekat dengan tempat pemeliharaan (kandang). Kalau sumber pakan HMTnya terletak di daerah persawahan,maka Kandang juga diletakkan di dekat persawahan.
3. Ada tenaga manusia yang siap mengelola dan mengontrol setiap saat, oleh karena itu di dekat Kandang juga sebaiknya disediakan pondok untuk tempat beristirahatnya tenaga pengelola peternakan sistem kandang ngebrok ini. Jumlah orangnya disesuaikan dengan berapa besar populasi ternak kerbaunya. Pengaturan atau penjadwalan petugas bila dilakukan secara bergiliran di antara para anggota seyogjanya dibagi secara proporsioal sesuai jumlah kepemilikan ternak yang dititipkan di Kandang Ngebrok ini.
4. Pola ini harus dipahami secara sama oleh seluruh peternak yang terlibat, didukung oleh tetua-tetua adat dan para tokoh masyarakat yang berpengaruh.  
5. Ada teknologi yang dapat mengelola kotoran menjadi aman dan tidak berbahaya bagi ternak kebau yang ngebrok di kandang
6. Harus ada pola kerjasama antar petani/peternak/pemilik Kerbau yang menjadi anggota Sistem Kandang Ngebrok. Hal ini karena kandang akan menampung Kerbau dari beberapa pemilik/peterak/petani. Akan lebih baik kalau pola kerja sama ini dilembagakan secara adat dan diikat dengan suatu perjanjian bersama, aturan-aturan bersama yang mengikat seluruh petani/peternak yang terlibat.
7. ..


Apa keuntungan sistem Kandang Ngebrok untuk ternak Kerbau di Krayan. Keuntungan sistem ini sangat banyak bila diterapkan di Krayan antara lain sebagai berikut :

1. Ternak Kerbau tidak menjadi ’hama besar’ lagi, sehingga usaha tani menjadi lebih bergairah lagi tidak khawatir ada serangan kerbau.
2. Pemeliharaan Ternak Kerbau menjadi lebih intensif, sehingga pertumbuhan ternak menjadi lebih cepat besar dan lebih menguntungkan secara ekonomis
3. Sistem ini akan menghasilkan pupuk kandang yang terkumpul cukup banyak untuk keperluan pupuk yang murah bagi usaha taninya. Dengan demikian akan menggairahkan usaha tani lainnya karena tersedianya pupuk.
4. Dengan pola ngebrok, tenaga pemeliharaan ternak menjadi lebih ringan dibanding pola kandang intensif yang sudah lazim. Tenaga untuk pembersihan kotoran tidak perlu dilakukan setiap hari, namun tenaganya diganti dengan penyemprotan larutan probiotik yang dilakukan setiap hari. Penyemprotan tentunya memerlukan tenaga dan air yang relatif lebih sedikit atau lebih ringan, dibanding harus membersihkan kandang dan membuang kotoran setiap harinya. 
5. Air bisa lebih hemat. Air yang diperlukan untuk pembersihan kotoran jauh lebih banyak dibandingkan hanya dengan penyemprotan dalam sistem Kandang ngebrok ini.
6. Dengan berkumpulnya ternak di suatu tempat, maka masalah-masalah sosial atau perselisihan yang sering terjadi karena ulah Kerbau yang melampaui pagar dan memasuki areal lahan usaha tani menjadi berkurang bahkan tidak ada lagi.
7. Dalam jangka panjang usaha ternak kerbau akan sangat menguntungkan, sehingga Krayan dan Krayan Selatan bisa menjadi sentra kerbau sekaligus menjadi sentra produksi daging kerbau.
8. Pola yang dikelola dengan baik dan behasil akan menjadi pola yang akan mendapat banyak kunjungan dari daerah lain, dengan kata lain obyek Kandang Ngebrok ini akan menjadi daya tarik khusus bagi daerah luar, sekaligus menjadi kebanggaan bagi masyarakat setempat.


 
Lembah Hijau Multifarm (LHM) Research Centre

 
Lembah Hijau Multifarm (LHM) Research Centre
   

 Bagaimana pola pengaturan & pengelolaan Kandang Ngebrok ini. Pengaturan dan pengelolaan pola Kandang Ngebrok untuk Kerbau di Krayan dan Krayan Selatan dapat dilakukan sebagai berikut :

A. Pola Penyediaan Pakan
1. Sumber hijauan makanan ternak (HMT) dapat berasal dari rumput-rumputan seperti Rumput Gajah, King Grass, dll. Sumber bahan HMT alternatif lainnya adalah dari Azolla microphylla yang banyak tumbuh di sawah-sawah para petani Krayan. Azolla microphylla adalah sumber hijauan yang pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat dan sangat cocok pada tipe agro klimat seperti di Krayan dan Krayan Selatan.
2. Penempatan kandang harus dapat dijangkau dengan mudah dan terletak dekat dengan sumber pakan tersebut. Azolla tersedia di daerah persawahan, maka kandang yang ideal harus dekat dengan daerah persawahan dimana Azolla atau HMT lain tersedia melimpah.
3. Jumlah ternak yang dikandangkan harus seimbang dengan berapa luas atau berapa banyak Azolla dan HMT yang dapat dipanen untuk pakan ternak Kerbau ini.
4. Penyemprotan kandang dan kotoran ternak harus dilakukan secara rutin agar kondisi kandang dan kotoran dapat aman untuk ‘ngebrok’nya ternak di kandang tersebut. Bahan yang dilakukan untuk pengkondisian ini antara lain seperti yang diterapkan di Lembah Hijau Multifarm (LHM) Research Centre adalah Probiotic Starbio, Starbio Plus, Stardec, EM4, Bio Enzim, dll.
5. Maka harus dipersiapkan lahan untuk penanaman HMT secara cukup dengan perkiraan sbb:
1 ha dapat menghasilkan + 500 ton rumput gajah/karung beras/hari.
Jika 1 ekor hewan mengkonsumsi pakan HMT + 50kg/hari/ekor maka jumlah hewan yang bisa dipelihara : 500.000kg/hari x 1
 365 hari/thn 50 kghari/ekor.
 6. Jika perlu ditanam azolla diareal sawah yang dekat dengan kandang,jika azolla disiapkan secara khusus diatas lahan sawah kosong seluas 1ha maka akan menghasilkan + 360 ton azolla segar/tahun atau + 800kg/hari. Jika kerbau juga diberikan azolla kurang lebih 25 kg/hari/ekor maka akan dapat memberi makan + 32 ekor kerbau. Jadi untuk kerbau 30-32ekor kita perlu menyediakan 1ha HMT rumput gajah/king gress dan 1ha sawah kosing untuk penanaman azolla. Sehingga setiap hari akan disiapkan pakan alami berupa rumput gajah 1500kg dan 800kg azolla segar, karena setiap ekor kerbau diperkirakan akan memerlukan sekitar 50kg HMT dan 25kg azolla segar jumlah 75kg/hari/ekor.
 7. Pemanenaan rumput HMT dan azolla dilakukan setiap hari pada setiap sore atau pagi hari.
 8. Pakan suplemen yang disajikan berupa garam,dedak, dll. Bahan yang berguna yang sudah ada di Krayan dan tidak perlu mengambil dari daerah lain.

B. Sistem Kandang
 - Kandang dibuat dari bambu dengan atap terbuat dari daun alang-alang dan yang lain, Dinding kandang dibuat dengan anyaman bambu,kandang berlantai tanah saja, karena akan sangat sulit dan mahal bila dibuat dari semen.
 - 1 Unit kandang diisi antara 6-10 ekor kerbau dengan ukuran kandang model persegi sama sisi yang panjang/lebar sama yaitu antara 6-8meter.
 - Lantai kandang dibuat padat dan rata dengan posisi lebih tinggi dari sekitarnya, karena kalau hujan air hujan tidak membasahi kotoran yang telah terkumpul, maka perlu dibuat sistem dreinase/parit-parit kecil agar air tidak tergenang.
 
Potensi pangan Azolla di Krayan sudah tersedia sedemikian luasnya namun belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Apa sisi lemah yang mungkin akan terjadi jika wacana ini dapat dipraktekkan. Sisi lemahnya penerapan pola Kandang Ngebrok ini antara lain sebagai berikut :
1. Pembuatan kandang yang cukup besar
2. Biaya pembuatan kandang
3. Biaya pengadaan bahan probiotik dan pengangkutannya ke KRAYAN.
4. Teknologi ini relatif sangat baru dan sangat asing sehingga ada kemungkinan resistensi dari para tokoh masyarakat atau tokoh-tokoh adat .
5. Letak kandang yang relatif jauh dari pemukiman akan sangat menyulitkan para petani untuk mencapainya.