........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Selasa, 16 Juni 2009

PERAN OJEK SEPEDA MOTOR DALAM SISTEM TATA NIAGA BERAS & BARANG DI KRAYAN


PERAN OJEK SEPEDA MOTOR DALAM SISTEM TATA NIAGA BERAS & BARANG DI KRAYAN

Oleh : Dian Kusumanto

Pada waktu dulu saat kebutuhan belum terlalu beragam, segala kebutuhan cukup ada di sekitar kita, setelah zaman berkembang, kebutuhan dan tuntutan hidup semakin bermacam-macam. Untuk mendapatkan kebutuhan yang bermacam-macam maka masyarakat memiliki komoditi beras sebagai alat tukarnya. Namun beras selama ini masih sangat sulit menjadi komoditi perdagangan ke dalam negeri karena sarana pengangkutan hanyalah melalui udara yang biayanya sangat mahal. Dengan harga yang mahal menyebabkan beras Krayan menjadi komoditi sangat mahal di dalam negeri sendiri. 

Yang menjadi masalah adalah kebutuhan yang bermacam-macam itu aksesnya yang relatif lebih baik adalah ke Ba’ Kelalan. Segala kebutuhan ada di Ba’ Kelalan, oleh karena itu Ba’ Kelalan menjadi tumpuan yang besar. Selama akses ke dalam negeri sendiri kurang lancar dan masih sangat mahal, maka ketergantungan dengan Ba’ Kelalan akan berkekalan alias semakin jauh. Akibatnya keadaan ini akan terus berlangsung, karena ketidakberdayaan kita mengatasi akses transportasi ini.

Keadaan inilah yang kemudian menjadi peluang bagi para pengojek sebagai alternatif alat transportasi masyarakat. Selama ini peranan ojek sudah sangat membantu bagi kelancaran arus perdagangan beras dari daerah-daerah produksi ke kantong-kantong konsumen bahkan ke para pedagang di Ba’ Kelalan. Demikian juga sebaliknya, kebutuhan barang-barang masyarakat dapat juga diperoleh dari Ba’ Kelalan dengan menggunakan jasa ojek sepeda motor ini.

Uraian selanjutnya setelah ini akan mengungkap peran ojek sepeda motor ini dalam sistem tata niaga beras dan barang di Krayan, khususnya dengan Ba’ Kelalan.

Jumlah Ojek dan frekuensi :
Masing-masing desa atau lokasi ada saja kaum mudanya yang bekerja di sektor jasa Ojek. Ada yang bersifat sebagai pekerjaan tetap (profesi), atau yang sebagai sambilan di saat libur sekolah. Frekuensi atau jumlah rit setiap pengojek dipengaruhi oleh ada tidaknya atau sedikit banyaknya barang yang akan diangkut, serta jarak angkut asal barang dengan tujuan barang. Karena tujuan pemasaran beras itu ke Ba’ Kelalan, maka Ojek selalu membawa beras ke Ba’ Kelalan. Sedangkan kembali dari Ba’ Kelalan mereka mengangkut segala barang keperluan sesuai yang dipesankan dari pengguna jasa Ojek tersebut.

 Long Bawan : 9 orang 1-3 kali/hari
 Berian Baru : 10 orang 1-3 kali/hari
 Kuala Belawit : 9 orang 1-3 kali/hari
 Pa’Betung L. Umung : 10 orang 1-3 kali/hari
 Terang Baru : 5 orang 1-3 kali/hari
 Long Midang : 20 orang, 4 kali/hari
 Long Api : 5 orang 4 kali/hari
 Buduk Tumu : 10 orang 4 kali/hari
 Dll. : 22 orang
 Jumlah : 100 orang
(Nara Sumber : Lafudi PPL Krayan, 2008)

Sedangkan menurut Sdr. Hengki PPL-THL TB Krayan, akhir-akhir ini (Juni 2009) jumlah ojek semakin banyak. Ojek sebagai profesi sudah lebih dari 100 orang, sedangkan ojek sambilan yang dilakukan oleh anak-anak muda Krayan juga semakin meningkat, terutama pada saat liburan sekolah dan saat-saat panen melimpah dengan cuaca kering serta jalan yang bagus, keseluruhan bisa mencapai 200-an orang. Mereka rata-rata membawa beras dari tempat masing-masing untuk dijual menuju Ba’ Kelalan, Sabah, Malaysia.

Di samping itu ada juga pengojek yang berasal dari Ba’ Kelalan yang biasanya membawa barang atau orang dari Ba’ Kelalan sendiri ke desa-desa (lokasi) di Krayan, ada sekitar 10 orang.

Kapasitas & Jenis barang angkutan Ojek :

 Beras ke Ba’ Kelalan : profesi : 6 – 9 kaleng/rit (90 – 135 kg/rit)
 Beras ke Ba’ Kelalan : sambilan (part time) : 3 – 4 kaleng/rit (45 – 60 kg/rit)
 Semen dari Ba’ Kelalan : 4 zak (200 kg)/ rit
 Minyak dari Ba’ Kelalan : 6 jerigen (+/- 150 liter)
 Gula dari Ba’ Kelalan : 8 zak (120 kg)
 Orang dari Ba’ Kelalan : 1 orang + semen atau yang lain.
 Besi
 Keramik
 Dll.

Kalau volume beras rata-rata yang bisa diangkut 100 kg per orang setiap rit, jika setiap hari mencapai 100 rit, maka jumlah beras yang terjual di Ba’ Kelalan mencapai 10 ton per hari.
Para pengojek ini hampir setiap hari bekerja, kecuali pada saat hari minggu, karena harus ibadah di gereja, atau bila cuaca terus menerus hujan sehingga jalan menjadi sulit dilalui, atau bila terjadi kerusakan pada kendaraan mereka. Biasanya mereka aktif mencari muatan berupa beras sampai masuk ke desa-desa, ke kampung-kampung atau lokasi-lokasi dimana ada petani yang menjual beras atau menitipkan beras untuk dijual.

Jika dalam setahun mereka bekerja selama 200 hari saja, maka jumlah beras yang dapat dipasarkan dan diangkut oleh para ojek ini akan mencapai 2.000 ton beras setahun. Dalam hitungan gantang berarti ada 571.428 gantang, atau dalam hitungan kaleng ada 133.333 kaleng beras.

Lalu berapa banyak gabah yang diperlukan sehingga menghasilkan beras 2.000 ton, jika rendemen atau konversi gabah menjadi beras 60% maka gabah yang diperlukan 3.333 ton. Jika setiap hektar petani bisa menghasilkan rata-rata 3 ton per tahunnya, maka luas areal untuk 2.000 ton beras tadi adalah 1.111 hektar. Kalau produktifitas lahan sawah bisa mencapai 4 ton per hektar, maka luasan yang diperlukan hanya 833 hektar dalam setahun.

Sedangkan luas areal sawah di Krayan sekarang ini mencapai 3700-an hektar. Jadi yang dijual ke Ba’ Kelalan hanya baru sebagian saja (sekitar 30 %). Sedangkan sisa hasil produksi yang 70 % itu bisa jadi digunakan untuk konsumsi pangan petani dan keluarganya, membayar perpuluhan gereja (10 % dari produksi), untuk pakan aneka ternak, keperluan sosial, dan cadangan.  

Upah jasa Ojek :

 Beras ke Ba’ Kelalan (dari L. Bawan): Rp 1.000 - 2.000/kg
 Semen dari Ba’ Kelalan : Rp 1.000 /kg
 Minyak dari Ba’ Kelalan : Rp 1.000 /kg
 Gula dari Ba’ Kelalan : Rp 1.000 /kg
 Orang dari Ba’ Kelalan : Rp 150.000/ orang + semen atau yang lain.
 Orang ke Ba’ Kelalan : Rp 70.000 - 80.000/ orang + beras
 Besi dari Ba’ Kelalan : Ukuran 12 ” Rp 15.000 per batang
  Ukuran 10 ” Rp 9.000 per batang
  Ukuran 8 ” Rp ?.000 per batang
 Keramik dari Ba’ Kelalan : Ukuran 20 cm Rp 20.000 per kotak
  Ukuran 30 cm Rp 25.000 per kotak
 (Nara Sumber : Lafudi PPL Krayan, 2008; Hengki, 2009)

Penghasilan para pengojek :

 Belanja Minyak (bensin) per rit @ 2 liter x Rp 15.000/ltr : Rp 30.000
 Ongkos Gate di Ba’ Kelalan : Rp 10.000
 Upah angkut bervariasi tergantung jumlah barang/ orang yang diangkut, namun rata-rata penghasilan kotor minimalnya Rp 150.000 setiap hari, dikurangi belanja minyak dan bayar Gate Rp 40.000, masih sisa Rp 110.000 per hari.  

Namun kalau mereka bisa membawa barang baik berangkat dan kembalinya, maka hasilnya akan lebih banyak. Demikian juga jika frekuensinya bisa lebih dari 1 PP setiap hari, maka penghasil para ojek bisa sangat tinggi. Bahkan ada yang sangat berhasil sehingga bisa membeli mobil dan mendirikan toko sendiri. Bisa dikatakan pekerjaan ojek ini memang sangat menguntungkan dan semakin banyak peminatnya selama akses angkutan darat dan udara belum banyak dan belum lancar. Apalagi jika ketergantungan dengan Ba’ Kelalan masih belum terpecahkan, profesi ojek masih sangat menarik sekaligus membantu tata niaga beras dan barang di Krayan.

Namun di sisi lain sebenarnya ada ketimpangan sekaligus kecemburuan dari petani. Petani yang sudah memberikan kontribusi besar sehingga beras yang sangat enak ada di pasaran, belum menerima proporsi yang memadai, tetapi masih lebih banyak diambil porsinya oleh sistem tata niaga yang belum adil. Sehingga para pelaku jasa angkut dan 


Organisasi Ojek :

Ojek belum terorganisir dengan baik, pada umumnya merupakan usaha perorangan. Namun ada beberapa pengusaha/ toko yang memiliki anggota ojek sendiri. Kelompok yang ada barangkali karena berdasarkan asal desa atau lokasi, namun belum terlembaga. Ada juga dikenal kelompok berdasarkan etnis seperti pengojek orang Asli Krayan, orang Jawa, orang Bugis, atau orang Ba’ Kelalan. Namun semuanya belum terorganisir dengan baik.

Pengguna jasa Ojek :

Pada umumnya pengguna jasa adalah perorangan. Sebagian kecil yang bekerja sama dengan para pedagang minyak, toko atau para kontraktor proyek.


Fluktuasi perdagangan beras

Keadaan perdagangan beras memang sangat berfluktuasi tergantung masa-masa tertentu. Pada musim kering atau kemarau perdagangan beras ramai, disebabkan karena jalanan kering sehingga faktor angkutan tidak menjadi masalah. Pada saat kebutuhan anak sekolah mulai meningkat (Juni-Juli-Agustus) perdagangan beras juga lebih ramai.  
Bulan Juni ini harga beras di Long Bawan mencapai Rp 100.000 per kaleng (beras kecil), untuk beras besar Rp 90.000 per kaleng. Isi per kaleng ada 15 kg beras.
Harga beras akan naik mulai bulan Agustus, September sampai Desember, di Long Bawan harga bisa mencapai Rp 130.000 sampai Rp 150.000 per kaleng.

Hitungan konversi harga dari per kaleng menjadi per kg, sebagai berikut :
Rp 90.000 per kaleng = Rp 6.000 per kg
Rp 100.000 per kaleng = Rp 6.666 per kg
Rp 110.000 per kaleng = Rp 7.333 per kg
Rp 120.000 per kaleng = Rp 8.000 per kg
Rp 130.000 per kaleng = Rp 8.666 per kg
Rp 140.000 per kaleng = Rp 9.333 per kg
Rp 150.000 per kaleng = Rp 10.000 per kg


Harga Beras di Ba’ Kelalan

Harga beras di Ba’ Kelalan sebenarnya relatif lebih rendah dibandingkan harganya di Long Bawan. Namun permintaan beras di Long Bawan tidak sebesar di Ba’ Kelalan. Ternyata agak susah memasarkan beras di Long Bawan, karena semua orang sudah punya persediaan, kecuali para pendatang atau orang-orang yang tidak memiliki sawah. Sehingga, apalagi kalau petani sudah memerlukan dana atau barang belanja maka pilihan yang paling cepat dan pasti adalah menjualnya ke Ba’ Kelalan, baik dlakukan sendiri atau menggunakan jasa ojek.

Pada Bulan-bulan seperti Bulan Mei dan Juni harga beras di Ba’ Kelalan sekitar RM 9 per gantang. Setiap gantang ada 14 mug (kaleng susu), setiap 4 mug adalah 1 kg, berarti 1 gantang ada sekitar 3,5 kg beras. Harga bisa turun hingga menjadi RM 8 sampai RM 7.50 per gantang, tergantung jumlah beras yang akan dijual. Semakin banyak beras yang akan dijual harga menjadi turun.

Namun pada saat perminaan konsumen luar negeri (di Ba’ Kelalan) naik, sedangkan di Krayan juga sedang diperlukan atau keadaan cuaca yang sering hujan, maka harga beras di Ba’ Kelalan akan naik. Harga yan cukup tinggi yaitu sekitar RM 12-13 per gantang biasanya terjadi pada Bulan 10, 11 dan 12, yang biasanya berlangsung sekitar 2 bulan saja. Pada bulan-bulan tersebut menjelang akhir tahun, dimana banyak persiapan acara untuk kegiatan keagamaan seperti Natal dan tahun baru. Jika RM 1 nilai tukarnya Rp 3.000, maka dapat dihitung harga beras dalam rupiah sebagai berikut :  

Harga beras di Ba’ Kelalan, ongkos ojek dan penerimaan petani
  Harga sebelum ongkos ojek Harga diterima petani
RM 7.50 per gantang Rp 6.428 per kg Rp 4.428 per kg
RM 8.00 per gantang Rp 6.857 per kg Rp 4.857 per kg
RM 9.00 per gantang Rp 7.714 per kg Rp 5.714 per kg
RM 10.0 per gantang Rp 8.571 per kg Rp 6.571 per kg
RM 11.0 per gantang Rp 9.428 per kg Rp 7.428 per kg
RM 12.0 per gantang Rp 10.285 per kg Rp 8.285 per kg
RM 13.0 per gantang Rp 11.142 per kg Rp 9.142 per kg

Selisih harga penjualan Beras (penerimaan petani) antara Long Bawan (Krayan) dan Ba’ Kalalan dalam (Rp/kg) :

Bulan -----------Long Bawan -----Ba’ Kalalan -------Selisih 
Bulan Juni ------6.666 ------------5.714 ------------1.166
-----------------------------------4.857 ------------1.809
-----------------------------------4.428 ------------2.238
Bln Agustus -----8.666 -----------7.428 ------------1.238
-----------------------------------6.571 ------------2.095
-----------------------------------5.714 ------------2.952
Bln Desember --10.000 ----------9.142 --------------858
-----------------------------------8.285 -----------1.715
-----------------------------------7.428 -----------2.572

Dari angka selisih nilai perdagangan beras di atas menunjukkan betapa pasrah dan tidak berdayanya petani dengan permainan harga dengan tata niaga yang tidak ada perlindungan sama sekali. Seandainya dilakukan beberapa upaya penampungan hasil panen petani pada tingkat harga yang wajar, tentu kerugian yang cukup besar dapat dihindari.

Harga yang terjadi di Ba’ Kalalan sebenarnya bukan harga nominal yang sesuai dengan harga normal ditingkat konsumen. Konsumen beras Krayan adalah di kota-kota di wilayah Sabah, Serawak sampai di Negara Brunei Darussalam.
Data terdahulu menyebutkan bahwa tingkat harga di daerah Miri, Lawas dan Ba’ Rio adalah RM 15 sampai dengan RM 20 per gantang. Berarti 2 kali lipat harga yang sedang terjadi di Ba’ Kalalan. Ini adalah sistem tata niaga yang sungguh tidak adil.

Sedangkan di Brunei Darussalam harga beras justru lebih tinggi hingga mencapai B$ 15 – 20 (kurs sekitar Rp 5.000 / B$). Sungguh penistaan sistem tata niaga yang sangat tidak adil. Namun demikian masyarakat Krayan seolah tidak berdaya melawan keadaan yang tidak adil ini. Apa boleh buat, belum ada pihak yang secara sungguh-sungguh melindungi hak-hak mereka sebagai produsen beras terenak di dunia. Hasil jerih mereka dalam menghasilkan beras yang paling disukai Raja Brunei ini tidak dihargai sepantasnya, justru yang menikmati adalah para pedagang yang kejam di Ba’ Kalalan, yang sebenarnya juga masih saudara-saudara satu etnis, bedanya mereka adalah warga negara Malaysia. Terlalu !!!

Kerugian petani Krayan, perampokan pedagang Ba’ Kalalan

Jika seandainya dari rata-rata 100 pengojek itu melakukan operasinya 200 kali dalam setahun, dan masing-masing mereka mengangkut 100 kg beras ke Ba’ Kelalan,maka jumlah beras yang diangkut mereka dan dijual di Ba’ Kelalan adalah sekitar 100 orang x 200 kali x 100 kg/orang/kali = 2.000 ton beras. Kalau selisih harga antara Ba’ Kalalan dengan di Krayan mencapai Rp 1.166/kg, maka kerugian yang dialami petani adalah Rp 2.332 juta atau Rp 2,332 M dalam setahun.

Sedangkan nilai keuntungan hasil perdagangan yang dialami oleh pedagang di Ba’ Kalalan yang menjual berasnya ke kota-kota di Sabah, Serawak dan Brunei bisa diprediksi sebagai berikut :
Asumsi :  
Jumlah beras yang diperdagangkan 2.000 ton per tahun

Kota Tujuan ----Pembelian di Ba’ Kalalan -------Harga jual -----Selisih (RM)

Miri ------------RM 9.0 -------------------------RM 20.0 ------RM 11.0
Lawas -------------------------------------------RM 15.0 ------RM 6.0
Ba’ Rio ------------------------------------------ RM 13.0 ------RM 4.0
Brunei -------------------------------------------RM 20.0 ------RM 11.0
  -------------------------------------------------RM 25.0 ------RM 16.0

Peluang mengurangi sistem perdagangan yang tidak adil dengan Ba’ Kalalan

Untuk mengurangi sistem perdagangan yang teras tidak adil ini antara lain sebagai berikut :
1. Memperlancar akses Beras dari Krayan Nunukan
2. Merintis perdagangan beras secara langsung dengan Brunei Darussalam
3. Mengurangi dominansi peran Ba’ Kelalan akan perdagangan beras maupun barang-barang
4. Melakukan pembelian beras yang lebih adil di Krayan
5. Memperluas pasar beras organik di luar negeri (selain Malaysia)

Memperlancar akses Beras dari Krayan Nunukan

Langkah yang paling dekat adalah memanfaatkan SOA barang untuk mengangkut beras dari Krayan ke Nunukan. Sebab biasanya pada saat kembali pesawat dalam keadaan kosong karena tidak ada barang yang dibawa. Belum ada masyarakat yang memanfaatkan fasilitas ini untuk membawa beras ke Nunukan. Belum ada pengusaha yang tergerak untuk berbisnis beras Krayan ini ke jalur dalam negeri. Asal biaya angkut tidak terlalu mahal atau bahkan bisa minim, maka beras Krayan akan dapat dipasarkan di Nunukan atau daerah lainnya.

Saat ini ada fasilitas SOA barang 3 kali dalam seminggu ke Long Bawan Krayan dengan Pesawat Susi Air dan ke Long Layu Krayan Selatan dengan Pesawat Kura-kura Aviation. Kapasitas daya angkut Pesawat Susi Air sekitar 1.000 kg beras, sedangkan Kura-kura 460 kg beras. Seandainya dimanfaatkan secara maksimal maka beras yang dapat diangkut ke Nunukan adalah sebagai berikut :
Beras dari Krayan 1.000 kg sekali x 3 kali/minggu = 3 ton/minggu = 12 ton/bulan = 144 ton/tahun
Beras dari Krayan Selatan 460 kg sekali x 3 kali/minggu = 1,38 ton/minggu = 5.52 ton/bulan = 66.24 ton/tahun. Jumlah beras maksimal yang bisa diangkut ke Nunukan, baik dari Krayan maupun Krayan Selatan adalah 210,24 ton per tahun.

Angka ini sebenarnya sangat kecil dibandingkan dengan yang diperdagangkan dengan ojek ke Ba’ Kelalan yang mencapai sekitar 2.000 ton dalam setahun. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kapasitas, frekuensi, atau volume angkutan pesawat dari Krayan dan Krayan Selatan ke Nunukan. Katakanlah jika selama ini 3 kali dalam seminggu bisa ditingkatkan menjadi lebih banyak misalnya menjadi 10 kali, 20 kali atau 30 kali dalam semingggu. Kalau bisa 30 kali dalam seminggu maka volume perdagangan beras dengan Ba’ Kelalan dapat digantikan dan dikurangi dominansinya. Namun dengan 3 kali dalam seminggu ini bisa dilihat pengaruhnya. Kalau dapat meningkatkan posisi bergaining dengan Ba’ Kelalan maka tentu nanti akan menguntungka para petani. Tentu mereka akan khawatir kalau-kalau para pedagang beras di Ba’ Kelalan tidak mendapatkan beras lagi atau jatahnya berkurang.


Merintis perdagangan beras secara langsung dengan Brunei Darussalam

Sebenarnya Brunei Darussalam adalah pasar yang paling potensial bagi beras Krayan. Brunei selama ini secara diam-diam sudah menjadi pelanggan tetap beras Krayan, termasuk para keluarga kerajaan dan Sang Sultan Brunei sendiri. Brunei mendapatkan beras Krayan dalam jumlah beras melalui Ba’ Rio dan kota-kota lainnya seperti Lawas dan Miri, dll. Hanya sebagian kecil yang diperoleh langsung dari Krayan atau Ba’ Kelalan.

Jarak antara Brunei – Krayan (melewati Long Pasia tidak lewat Ba’ Kelalan) sebenarnya relatif dekat dan kalau jalan sudah terbuka maka dapat ditempuh dengan jalur darat dengan lama tempuh sektar 6- 8 jam. Ini tentu akan sangat merubah wajah Krayan menjadi sangat berseri-seri, karena beberapa sebab :

1. Perdagangan beras cukup dengan Brunei, Brunei juga senang karena pangannya lebih terjamin dari wilayah yang dekat dan aman.
2. Harga beras di Brunei lebih baik dari pada di Ba’ Kelalan bahkan dari Ba’ Rio, Miri dan Lawas. Yang selama ini sekitar hanya RM 9 per gantang, mudahan nanti akan dapat meningkat menjadi minimal RM 15 per gantang atau sekitar Rp 12.857 per kg.
3. Kalau harga cukup baik, maka dapat dipastikan perdagangan beras akan semakin bergairah, volume beras yan diperdagangan akan naik menjadi beberapa kali lipat. Kalau sekarang beras ke Ba’ Kelalan sekitar 2.000 ton per tahun, maka jika akses ke Brunei ini terbuka volume diproyeksi akan naik menjadi 4.000 sampai 5.000 ton beras per tahunnya.
4. Kalau 2.000 ton dihargai Rp 12.857 per kg, maka devisa yang masuk sekitar Rp 25,714 M per tahun.
5. Biaya ojek dapat lebih murah dan tidak memberatkan para petani. Dengan biaya ojek yang tinggi hasil penerimaan dari penjualan beras menjadi sangat kecil. Padahal petani telah bersusah payah menanam, panen, menjemur dan menggiling dengan kerja keras, maka sepatutnya mendapatkan penghargaan yang pantas melalui harga beli yang tinggi. Tidak adil jika hasil jasa ojek terlalu besar dan lebih besar dari petani.

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar