........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Senin, 13 Juli 2009

MENGELOLA POTENSI KENGGULAN DAN KEMERDEKAAN MENUJU KESEJAHTERAAN

MENGELOLA POTENSI KENGGULAN DAN KEMERDEKAAN MENUJU KESEJAHTERAAN


Oleh : Dian Kusumanto


Angka 4 juta hektar memang sangat ’mengerikan’. Ada teman yang bilang, ”ngerii..nggaak..!!”. Pencetus angka 4 juta hektar Aren adalah Bapak Prabowo Subianto, pendiri Partai Gerindra, Ketua HKTI, Ketua para Pedagang Pasar Tradisional, seorang Purnawirawan militer dan seorang Calon Presiden. Pada tulisan yang lalu saya menyebut beliau sebagai ”Proklamator Revolusi Aren Indonesia”, ya... karena dari beliaulah angka 4 juta hektar itu.


Memang potensi lahan kita masih sangat luas, banyak lahan-lahan yang kritis, tidak produktif. Banyak hutan-hutan yang sudah gundul, yang sudah tidak memberikan kontribusi proporsional kepada negara dan masyarakat. Selama ini kita belum berdaya untuk bisa memanfaatkannya menjadi produktif dan memberi kontribusi terhadap masalahmasalah yang dihadapi bangsa dan masyarakat. Potensi itu masih terbiarkan, masih disia-siakan, belum disyukuri sebagaimana mestinya. Syukur atas anugerah Illahi akan kemerdekaan, akan potensi yang besar. Namun seolah-olah bangsa kita ini tidak merdeka mengatur sendiri potensi besarnya, bahkan untuk mengatasi masalah-masalah bangsa sendiri.


Ada teman yang bilang, kita baru diantar pada pintu gebang kemerdekaan, hanya di pintu gerbangnya, belum sampai kepada tempat yang penuh dengan kemerdekaan. Harusnya selama 64 tahun Indonesia merdeka, bangsa dan masyarakat kita juga sudah merdeka dan sangat maju. Tetapi itu belum terjadi. Ya.. sebabnya antara lain, kita masih terkotak-kotak, terutama dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada.


Visi nasional kita masih kabur, masih dipahami secara berbeda-beda, masih ditutupi oleh interesinteres pemikiran yang beragam, baik oleh sikap premordialisme, bisnis kelompok dan individual, keuntungan sesaan, sikap-sikap parsial kedaerahan, borok-borok mental korup pejabat, dll.


Di benak kita bangsa Indonesia dpenuhi oleh informasi-informasi yang kontra produktif, sehingga pemikiran dan konsep yang bagus pada awalnya kemudian memasuki tahap selanjutnya seolah-olah memasuki ’wilayah yang kacau’, sehingga kemudian konsep yang bagus tidak bisa berkembang dengan baik.


Ibaratnya seperti bibit unggul yang bagus, dia tumbuh subur dan sehat pada saat di persemaian yang terjaga dan terpelihara. Namun pada saat ditanam di lapangan atau di lahan, bibit tersebut mengalami stagnasi pertumbuhan, sangat tertatih-tatih perkembangannya. Kebun kita ternyata seperti belum disiapkan kondisinya untuk menumbuhkembangkan bibit yang sudah unggul dan baik tadi.


Saya tidak bermaksud kagum buta dengan Malaysia, sebab pada beberapa hal sebenarnya mereka memiliki kekurangan. Namun yang perlu kita lihat adalah sisi positifnya, yaitu bahwa konsep dan pemikiran itu bisa tumbuh dan berkembang dengan baik pada tataran implementasinya di kehidupan dan di lapangan. Kondisi sosial, ekonomi dan politiknya bisa ’dikendalikan’ dengan baik untuk memberikan wilayah yang cocok bagi tumbuh dan berkembangnya konsep-konsep pembangunan yang mensejahterakan, memandirikan negara bangsa dan masyarakatnya.


Industri kelapa sawit Malaysia termasuk lebih unggul dari Indonesia, meskipun mereka juga menggunakan tenaga-tenaga dari Indonesia. Tingkat pendapatan para petani kelapa sawitnya juga sangat baik. Bahkan program pengentasan kemiskinan untuk ’luar bandar’ alias pedesaan, dipercayakan melalui program sawit ini, sehingga angka kemiskinan di Malaysia sudah sangat turun, meskipun ’angka standard’ batas kemiskinannya lebih tinggi dari Indonesia.


Anak-anak Indonesia juga sangat berprestasi di tingkat internasional, juara-juara sains dan teknologi, juara-juara olimpiade fisika, kimia, matematika dunia seolah selalu menjadi lagganan bagi anak-anak Indonesia. Demikian juga bidang-bidang yang lain, anak-anak Indonesia sangat hebat. Namun bila anak-anak itu meneruskan studinya di Indonesia, potensi yang bagus tadi sulit berkembang. Namun bila anak-anak berprestasi hebat tadi melanjutkan studi di luar negeri yang bagus sistem pendidikannya mereka menjadi sangat hebat.


Pada dunia pertanian dan tanaman memang seringkali begitu, dan dapat dijadikan ilustrasi terhadap ’dunia’ lain pada kehidupan sosial budaya. Bibit yang unggul jika ditanam di tanah-tanah yang tidak kondusif, yang tidak subur dengan cekaman iklim mikro dan makro yang tidak menguntungkan, maka bibit unggul tadi tidak akan tumbuh dengan baik. Seandainya dia terus tumbuh, akan mengalami stress, bisa jadi lantas dikeluarkan bunga dan buah yang tidak semestinya. Tanaman demikian tidak akan menghasilkan produksi yang baik, namun hanya sekedar dapat melanjutkan regenerasinya untuk keturunannya kelak, meskipun dengan mutu keturunan yang kurang baik.


Tanah yang tidak kondusif biasanya bersifat asam, karena memang sedang bermasalah aerasinya, mikrobanya menjadi sangat homogen, reaksi-reaksinya dominan anaerob, pembakaran yang sempurna tidak terjadi karena Oksigennya kurang terakses. Bisa jadi airnya terlalu jenuh, atau struktur tanahnya yang terlalu liat, tidak porous alias porositasnya sangat rendah.


Maka yang akan terjadi adalah dominansinya mikroba-mikroba anaerob yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak bereaksi sempurna dengan Oksigen. Maka yang dominan adalah senyawa-senyawa dengan gugus negatif yang bereaksi masam. Tanah menjadi jenuh dengan racun yang akan merusak atau melumpuhkan ujung-ujung serabut akar tanaman yang sangat peka. Unsur-unsur hara tidak lagi tersedia dengan bebas, namun terjerap atau dikungkung dengan koloid-koloid organik atau koloid-koloid mineral lainya yang tidak sanggup ditarik oleh ujung akar tanaman. Dengan demikian lingkungan kimia tanah tidak memungkinkan bibit tanaman tadi menampilkan potensi keunggulanya.


Demikian juga dengan lingkungan biologisnya, dalam kondisi cekaman tanah yang demikian, kehidupan mikrobiologis di tanah tidak terjadi secara seimbang. Awalnya mungkin ada, namun kemudia karena kondisi tidak kondosif, aerasi kurang, Oksigen tidak mencukupi, struktur tanah tidak proporsional, maka makhluk-makhluk renik tidak bisa berkembang secara hetergen, namun hanya jenis-jenis mkroba tertentu lah yang dapat bertahan.


Lingkungan fisik yang mencekam seperti suhu udara ekstrim, tiupan angin dan udara yang ekstrim, air yang tersedia berlebih atau tidak ada air sama sekali, membuat bibit tidak dapat mengembangkan potensi keunggulannya.


Lalu bagaimanakah caranya akar tanaman atau bibit yang unggul tadi dapat mengembangkan potensinya? Maka kita harus mengembalikan lagi fungsi tanah sehingga secara fisik, kimia, biologis tanah menjadi sangat kondisif bagi pertumbuhan bibit tanaman. Ada beberapa yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :


Pertama.

Kalau lahan kita tergenang air cukup lama, maka kita harus membuat saluan-saluran drainage yang cukup Dengan drainage yang cukup maka tanah tidak jenuh dengan air dan diatur kondisi kelembaban tanahnya yang cukup. Udara yang membawa O2, N2, dan lain-lain akan dapat memasuki pori-pori tanah dengan lebih dalam.


Mikroba-mikroba yang ada dan idup di dalam tanah akan tercukupi udara dengan proporsional, maka mikroba-mikroba yang hidup lebih banyak dan beragam jenisnya. Mikroba dapat hidup berasal dari bahan-bahan organik sebagai makanannya, dengan kondisi yang optimal aerasi dan iklim mikronya suhu, kelembaban tanah, kandungan air) maka mikroba akan bekerja secara optimal. Hasil kerja mikroba adalah berupa senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana, CO2 dan H2O. Dalam bekerja, mikroba tadi memerlukan O2 dan kondisi lainnya yang optimal.


Dalam kehidupan nyata lingkungan sosial, ekonomi, ideologi, politik, budaya, dll. Manusia yang tidak kondusif barangkali disebabkan oleh air kehidupan atau rejeki yang tidak merata, maka perlulah diciptakan drainage-drainage kesetiakawanan sosial yang mengalirkan sebagian rejeki, rasa aman, rasa adil kepada wilayah-wilayah yang kurang tercukupi oleh rasa makmur, rasa aman dan rasa adil tadi.


Saluran-saluran drainage yang cukup akan membuat kehidupan masyarakat hidup dengan amat beragam. Semua orang dapat bekerja karena memiliki modal sosial, modal rasa keamanan, modal rasa keadilan yang cukup yang berasal dari area-area yang berlebih melalui saluran-saluran dainage kesetiakawanan sosial, kesetiakawanan budaya, kesetiakawanan berketuhanan, dll.


Seluruh pori-pori kehidupan bermasyarakat mendapatkan udara yang cukup dengan ’bunga-bunga’ Oksigen kehidupan. Dalam kondisi bekerja yang cukup, baik para pekerja akan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hasil kerja itu laksana enzim yang berguna bagi proses hidup selanjutnya, hasil kerja itu laksana CO2 dan H2O yang berfungsi bagi makhluk yang lebih besar (bibit unggul tanaman) tadi untuk proses fotosintesisnya kelak.


Seandainya sebagian mikroba sudah sangat homogen, maka diperlukan injeksi sumber-sumber mikroba baru yang heterogen yang berasal dari Sapi (atau sumber kehidupan lain yang aktif) yang hidup di daerah setempat. Supaya tanah akan kaya lagi dengan jenis-jenis kehidupan mikro sebagaimana kondisi idealnya pada masa awal-awal sebelum masa atau suasana yang mencekam itu terjadi.


Penulis pernah mengenalkan Sistem Injeksi Mikroba dan Oksigen (SIMO) untuk pola pemupukan tanaman Aren. Tidak lain adalah agar tanah dapat kondosif bagi kehidupan akar tanaman sampai pada batas kedalaman tertentu. Dengan demikian akar akan sangat berkembang lebih dalam lagi dan lebih banyak tersebar. Pada gilirannya unsur hara, air, dll. yang diangkut akan akan menjadi lebih banyak dan mampu menopang kebutuhan bagi tumbuh dan berkembangnya bibit unggul tadi. Dengan demikian bibit unggul tadi dapat mengeluarkan, membuktikan diri, menunjukkan potensi keunggulannya yang hebat dengan produktifitas yang maksimal.


Kedua.

Namun seringkali kondisi alam saling mempengarhi satu sama lain. Cuaca di atas tanah mempengaruhi keadaan di dalam tanah, mempengaruhi pula sistem interaksi antar komponen-kompnen di dalamnya. Keadaan curah hujan, keadaan suhu dara, berhembusnya angin, pancaran sinar matahari yangberasal dari lingkungan di atas tanah berpengaruh kepada lingkungan di dalam tanah. Dtruktur tanah porositas tanah, kandungan organik tanah, kandungan mineral tanah, keanekaragaman mikroba tanah, sifat-sifat kimia tanah, dll. Juga satu sama lain saling berinteraksi baik dengan sesamanya maupun dengan komponen iklim di atas tanah.


Demikian juga dalam kehidupan ekologi manusia yang sangat dipengaruhi oleh situasi global dunia, situasi politik nasional sampai daerah, kondisi sosial budaya ekonomi keuangan ideologi dan keamanan serta hukum. Ibarat lingkungan di atas tanah, mereka juga saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Komponen-komponen lingkungan makro tadi juga santat mempegaruhi sistem di dalam kehidupan manusia sehari-hari, apakah kondosif atau repressif alias tercekam.


Memang keadaan-keadaan ekstrim bisa merangsang munculnya interaksi-interaksi lain yang membuat tantangan baru yang lebih memacu keadaan tertentu Keadaan situasional ini kadang memicu potensi lain di luar kebiasaan, yang kadang bisa menguntungkan untuk jangka waktu tertentu. Namun bisa jadi keadaan ekstrim juga akan mematikan atau melemahkan potensi yang ada, yang membuat pertumbuhan dan perkembangan menjadi stagnan alias mandeg. Pada situasi ini, bisa bertahan hidup dalam siklus yang biasa-biasa saja sudah patut untuk disyukuri.


Bagaimana menurut Anda??

Dari Kebun Aren Menuju Dunia

PAK OCOP : Merancang Persiapan Bibit Aren Skala Besar di Kaltim

From kebunaren to the world


Oleh : Dian Kusumanto


Adalah Bapak Ir. HM Yadi Sofyan Noor, sang Ketua KTNA Provinsi Kalimantan Timur, yang juga sebagai Wakil Ketua HKTI Provinsi Kalimantan Timur, memang seorang tokoh pertanian yang sangat ulet. Pada Bulan Mei yang lalu Pak Ocop, begitu biasa kami memanggil, memesan kepada saya benih kecambah Aren dan bibit Aren yang siap tanam dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagai seorang teman saya berusaha dapat melayani sebaik-baiknya, seperti juga yang saya lakukan kepada para pemesan bibit Aren lainnya.


Pada awal Bulan Juli ini, akhirnya kami bisa bertemu lagi secara langsung di Samarinda. Pada bulan April yang lalu kami juga sudah saling ketemu di Jakarta, pada saat ada acara Rapim KTNA. Mulai saat itulah kami terus berinteraksi khususnya tentang rencana pengembangan Aren di Kalimantan Timur. Beliau memang padat acaranya, sebagai seorang tokoh di Kalimanta Timur, Pak Ocop juga sebagai pengurus teras di DPP KTNA Pusat. Dari beberapa pemikirannya Pak Ocop juga sangat antusias untuk mengambil peran dalam program pengembangan Aren di masa yang akan datang.


Pernah ditanya oleh beberapa teman, kenapa kok mau menanam Aren? Pak Ocop cuma memberi gambaran yang ringan saja, yaitu bahwa sekarang ini lidi Aren, ijuk Aren sangat diminai dunia untuk aneka kerajinan, sapu, bahan industri dan aneka keperluan lainnya. Itu dari produk sampingannya saja, belum lagi yang utamanya yaitu nira yang setiap hari bisa disadap, bisa diolah menjadi Gula, Bioethanol, Bahan Obat-obatan, Bahan Industri Kecantikan, Aneka Minuman dan Makanan, dll.


Pak Ocop juga sangat yakin, sebab tanpa diperlakukan secara istimewa, bahkan petani membiarkan saja dan hanya mengambil hasilnya, kontribusi pohon Aren kepada petaninya sudah lumayan tinggi, apalagi kalau pohon Aren itu diperlakukan istimewa. Kelapa Sawit contohnya, karena dipiara dengan baik, dengan perkebunan yang baik dia juga dapat menjadi andalan keluarga. Apalagi Aren yang potensinya lebih hebat dari pada Kelapa Sawit. Tinggal bagaimana kita bisa memperlakukannya secara baik dan istimewa, agar Aren juga memberikan hasil yang istimewa. Karena itulah beliau bertekad agar Kalimantan Timur tidak ketinggalan untuk mengembangkan Aren, bahkan kalau bisa menjadi yang terdepan dalam pengelolaan kebun Aren yang modern.


Ada peluang yang sangat besar bahwa Kaltim menjadi pusatnya program pengembangan Aren, meskipun Kaltim selama ini tidak termasuk sentra tanaman Aren, namun Kaltim memiliki lahan yang sangat luas untuk terciptanya perkebunan Aren yang modern. Perkebunan Aren modern inilah yang akan dijadikan icon suatu daerah menjadi sangat diperhitungkan sebagai pusatnya program pengembangan Aren se Indonesia, bahkan dunia. From kebun Aren to the world. Mungkin begitu mottonya.


Pak Ocop memiliki langkah-langkah yan nyata dalam setiap usahanya. Pernah saya tawarkan untuk mengadakan sosialisasi tentang Aren di Kaltim, Pak Ocop memlih jangan dulu. ”Jangan dulu Mas Dian, itu nanti saja”. Kita tanam dulu di kebun kita sendiri dan menyiapkan pembibitan yang banyak. Sebab kalau nanti diseminarkan orang pada tertarik kemudian meminta bibit, kita nanti akan kebingungan. Sebaiknya kita mantabkan dulu riset-riset kita dan kita bangun dulu sistem pembibitan Aren yang mengacu pada GAP (Good Agriculture Practices) dengan skala yang cukup besar.


Ada peluang yang sangat besar bahwa Kaltim berpeluang dapat menjadi pusatnya program pengebangan Aren di Indonesia. Meskipun selama ini Kaltim tidak termasuk sentra tanaman Aren, namun Kaltim memiliki potensi lahan yang sangat luas untuk terciptanya perkebunan Aren yang modern. Perkebunan Aren Modern inilah yang akan dijadikan icon atau tolok ukur, apakah suatu daerah menjadi sangat diperhitungkan sebagai pusatnya program pengembangan Aren di Indonesia bahkan se dunia.


Pak Ocop memiliki langkah-langkah yang nyata dalam setiap usahanya. Pernah saya tawarkan untukmengadakan sosialisasi tentang Aren di Kaltim dengan cara mengadakan seminar-seminar, namun Pak Ocop memilih jangan dulu. Menurut Pak Ocop sebaiknya kita sebagai pemrakarsa ini mempeloporinya dengan menanamnya lebih dulu dan menyiapkan pembibitan yang banyak. Sebab kalau nanti seminar, orang kemudian banyak yang tertarik untuk mengembangkannya, kemudian meminta bibit, akan repot kalau bibitnya belum siap. Akan lebih baik menurutnya kalau kita mantabkan dulu riset-riset dan membangun sistem pembibitan Aren yang baik dengan skala yang cukup besar.


Penulis sangat menghargai pendapat Pak Ocop ini, karena memang beliau seorang yang dikenal ulet dan seorang pengusaha yang berhasil di Kaltim. Kebun buah-buahan Pak Ocop yang saya tahu saja ada sekitar 50 hektar, selain itu Pak Ocop punya kebun hortikultura yang terkelola dengan baik dengan jenis komoditi seperti lombok, tomat, semangka, melon dan lain-lain. Pak Ocop juga seorang produsen bibit kelapa sawit siap tanam yang cukup besar di Provinsi Kaltim. Mutu bibitnya sudah terkenal cukup baik diantara produsen bibit yang ada. Pengalaman di bidang perbibitan tanaman memang sudah lama ditekuninya, dulu beliau juga melayani berbagai bibit tanaman penghijauan atau reboisasi hampir di seluruh Kaltim.


Sebagai tokohnya Provinsi Kalimantan Timur, Pak Ocop juga sangat dekat dengan tokoh Kaltim lainnya, termasuk dengan Bapak Gubernur H. Awang Faroek Ishak (Gubernur AFI). Untuk program Aren di Kaltim, Pak cop adalah andalan saya untuk mengenalkan Aren kepada Bapak Gubernur AFI. Terus terang, obsesi saya adalah mewujudkan agar Provinsi Kalimanatan Timur menjadi iconnya Aren Nasional. Oleh karena itu sebagai langkah awalnya adalah melalui pendirian Pusat Pembibitan Aren yang profesional dengan skala nasional, dan kemudian pembangunan perkebunan Aren yang modern, baru icon Aren nasional ini dapat diakui.


Sebenarnya ada beberapa daerah yang sudah sangat eksis sebagai sentra produksi Aren Nasional, tapi mereka belum memiliki 2 hal di atas, maka dalam perspektif ini mereka belum layak menjadi icon nasionalnya Aren. Sulawesi Utara misalnya, meskipun memiliki populasi Aren yang sangat luas, serta ada juga Pusat Penelitian tentang Aren yaitu BALITKA Manado, namun dari sisi pengelolaan kebun masih biasa saja, pembibitan juga belm menasional, pabrik pengolahannya ada tapi belum benar-benar hebat.


Program Nasional tentang Aren, selama ini belum ada. Dirjen Perkebunan Deptan belum memiliki Road Mapyang jelas tentang program Aren Nasional. Yang ada baru statement-statement beberapa ahli dan tokoh-tokoh nasional yag belum disertai dengan langkah-langkah yang kongkrit dan nyata. Meskipun demikian sebenarnya juga sudah ada pendirian pabrik pengolahan Aren seperti di Tomohon Sulut yang diresmikan oleh Bapak Presiden SBY.


Langkah-langkah yang ada belum sistematis, namun masih sporadis yang disesuaiakn dengan perkembangan yang ada. Namun industri Aren kalau tidak ditunjang dengan perkebunan yang modern, menjadi tidak ekonomis dan efisien. Pabri Gula Aren Tomohon bisa menjadi contoh kongkrit akan perlunya secara sinergis antara pengembagan kebun yang modern terintegrasi dengan unit pengolahannya.


Populasi Aren yang terpencar-pencar, tersebar di daerah-daerah yang relatif saling berjauhan, sementara akses pemanenan, pengangkutan nira ke pabrik yang cukup jauh dan sulit, manajemen bahan baku, kelembagaan petani, dan seterusnya belum siap untuk mendukung industrialisasi Aren. Bisa dikatakan bahwa Pabrik Gula Aren Tomohon (PT Masarang) ini sedang macet, atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.


Rupanya karakteristik Nira Aren yang akan mengalami fermentasi dalam waktu cepat ini belum sepenuhnya dapat diatasi. Yang sangat sulit sebenarnya penanganan pada tingkat petani tadi. Karena keterbatasan sarana, jarak antar pohon yang relatif saling berjauhan, membuat petani tidak bisa menjaga mutu nira yang dikehendaki pabrik. Akhirnya pabrik harus merancang alat yang tahan terhadap bahan baku dengan kadar asam yang cukup tinggi karena nira sudah mengalami fermentasi.


Memang semestinya Pabrik Pengolahan Nira Aren sudah dirancang untuk beberapa keungkinan tersebut sehingga Pabrik itu mempunya unit-unit lengkap sebagai berikut :

1. Pos-pos pengolahan dan pengumpulan nira dengan pre treatmennt.

2. Tangki-tangki penyimpanan nira sesuai dengan grade-grade (tingkatan) tertentu dari kualitas dan kadar keasamannya.

3. Alat-alat pengangkutan nira yang dilengkapi dengan sistem pemanas.

4. Pabrik pengolahan nira, juga memiliki unit-unit pengolah untuk beberapa jenis/ grade bahan baku :

a. Unit Gula Aren Cetak

b. Unit Gula Aren Semut

c. Unit Gula Aren Putih

d. Unit Gula Aren Cair (Syrup)

e. Unit Syrup Aren Asam (Saguer)

f. Unit Bioethanol

g. Dll.


Jadi seolah-olah langkah itu menjadi mundur sedikit, sebabnya yang utama adalah belum terbangunnya sistem perkebunan yang terintegrasi dengan pabrik pengolahannya. Oleh karena itulah, ini peluang bagi daerah yang ingin menjadi iconnya Aren Nasional agar dapat menyiapkan pola pengembangan Aren yang terintegrasi.


Paling tidak ada 3 (tiga) hal awal yang harus disiapkan, yaitu :

  1. Membuat Pusat Pembibitan Aren yang kredible.
  2. Menciptakan kelembagaan para pelaku usaha bisnis Aren dari awal-awal pengembangan.
  3. Membangun perkebunan Aren modern yang terintegrasi dengan pembangunan pabrik pengolahannya.


Untuk pendapat ini Pak Ocop sangat setuju dan akan melakukan persiapan-persiapan yang nyata demi berkembangnya Agribisnis Aren untuk kesejahteraan, khususnya bagi Provinsi Kalimantan Timur dan umumnya untuk skala Nasional Indonesia Raya tercinta. Amin.